Masa Depan Puisi Esai dan Refleksi tentang Musik Jazz
- Penulis : Abriyanto
- Jumat, 13 Desember 2024 10:30 WIB
Oleh Denny JA *
ORBITINDONESIA.COM - Hari ini, Jumat, 13 Desember 2024, kita bertemu dalam Festival Puisi Esai Kedua di PDS HB Jassin, TIM, Jakarta, dengan tema Kesaksian Generasi Baru. Ini adalah era baru bagi puisi esai. Kita mulai membuka ruang secara sistematis, mengajak generasi muda untuk berkarya dan memberikan kesaksian melalui medium ini.
Pada hari ini, kita mempublikasikan 18 buku puisi esai yang ditulis oleh generasi muda. Para penulis ini adalah teman-teman dan adik-adik kita yang berusia di bawah 25 tahun, dari Aceh hingga Papua, dari Malaysia dan Singapura, bahkan hingga London dan Kairo.
Sejak awal, kita meniatkan bahwa puisi esai tidak hanya menjadi milik satu generasi. Puisi esai tidak boleh mati bersama penggagasnya. Ia harus terus tumbuh, bergenerasi, dan hidup di tangan mereka yang muda. Inilah bagian sentral dari keberlanjutan sebuah genre baru.
Kita memahami bahwa sebuah genre hanya bisa bertahan jika memiliki komunitas yang berkelanjutan dan aktif. Oleh karena itu, setelah festival ini, kita akan semakin membuka ruang dan jalan bagi publik luas untuk terlibat.
Kita ingin mengajak lebih banyak orang menulis puisi esai, untuk memberikan kesaksian tentang ketidakadilan yang mereka lihat, tentang pelanggaran hak asasi manusia, atau tentang perempuan yang dirampas haknya. Forum puisi esai menjadi wadah bagi suara-suara yang selama ini terpinggirkan.
Dari komunitas yang besar ini, kita berharap akan lahir creative minority. Akan muncul 1, 2, 3, hingga 5 penyair baru yang mampu menyumbangkan lompatan estetis dan kualitas yang signifikan.
Sebagaimana Duke Ellington dan Louis Armstrong mengubah jazz, kita berharap para penyair ini akan membawa puisi esai ke level yang lebih tinggi. Mereka adalah penjaga sekaligus inovator dari genre ini.
Eksperimen Generasi
Baca Juga: 6 Lukisan Artificial Intelligence Denny JA: Harapan kepada Pemimpin Setelah Pilkada
Hari ini, kita semua terlibat dalam eksperimen budaya. Kita tidak hanya menjadi konsumen dari budaya yang ada, tetapi juga menjadi produser yang menciptakan sesuatu yang baru.