DECEMBER 9, 2022
Kolom

Masa Depan Puisi Esai dan Refleksi tentang Musik Jazz

image
Ilustrasi musisi jazz dan analoginya dengan sejarah puisi esai (Foto: MLDSpot)

Perubahan ini mengajarkan kita banyak hal. Bagaimana musik yang awalnya dicemooh sebagai “musik kaum rendahan” dapat diakui sebagai inovasi dan seni berkelas?

Dua Faktor yang Mengubah Citra Jazz

Ada dua hal yang membuat jazz mampu bertahan dan berkembang menjadi genre yang dihormati.

Baca Juga: Pilkada 2024, Denny JA: Ahmad Luthfi Tersenyum di Antara Kabut, Bobby Nasution Tertawa, Tapi Masih Tunggu Kepastian

Pertama, komunitas yang aktif dan berkelanjutan, meskipun pada awalnya dihujat, komunitas jazz tetap hidup.

Mereka terus berkarya, menciptakan lagu-lagu baru, tampil di berbagai panggung, dan mengadakan festival-festival. Komunitas yang aktif dan berkelanjutan ini menjadi kekuatan utama dalam menjaga eksistensi jazz, bahkan melampaui opini negatif dari para kritikus dan elit budaya saat itu.

Kedua, lahirnya Creative Minority. Dari komunitas jazz, muncul individu-individu brilian—creative minority—yang memberikan lompatan estetis.

Baca Juga: Inilah Hasil Hitung Cepat LSI Denny JA di Berbagai Daerah, Pilkada Jakarta Belum Bisa Disimpulkan Pemenangnya

Tokoh seperti Louis Armstrong dan Duke Ellington menghadirkan inovasi dan kualitas tinggi yang meningkatkan citra jazz.

Mereka membuktikan bahwa sebuah genre baru dapat berkembang jika memiliki pilar kreatif yang kuat.

Pelajaran untuk Puisi Esai

Baca Juga: 6 Lukisan Artificial Intelligence Denny JA: Harapan kepada Pemimpin Setelah Pilkada

Kisah jazz ini adalah lesson to learn untuk komunitas puisi esai. Jika puisi esai ingin tumbuh berkelanjutan, pertama, ia membutuhkan komunitas yang hidup, aktif, dan konsisten berkarya. Komunitas inilah yang akan menjadi fondasi bagi keberlanjutan puisi esai.

Halaman:
1
2
3
4

Berita Terkait