Storytelling Melalui Puisi Esai tentang LGBT dan Lainnya
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Rabu, 09 Oktober 2024 17:33 WIB
⁃ Pengantar Buku Puisi Esai Agus R. Sarjono
Oleh: Denny JA
ORBITINDONESIA.COM - “Jika ada hal yang masih tabu untuk dibicarakan, sampaikanlah lewat sastra.”
Renungan ini yang saya ingat ketika membaca wawancara Gabriel Garcia Marquez, di The Paris Review pada 1981. Menurutnya, fiksi memberinya kebebasan untuk membahas topik-topik yang sulit diceritakan dalam kehidupan nyata.
Dalam karya terkenalnya, One Hundred Years of Solitude, Marquez mengeksplorasi isu-isu tabu seperti incest, kekerasan politik, dan ketidakadilan sosial, yang jarang diangkat secara eksplisit di masyarakat Amerika Latin pada masa itu.
Dengan gaya realisme magisnya, ia menciptakan dunia fiktif yang penuh warna, di mana batas antara realitas dan fantasi menjadi kabur.
Baca Juga: 4 Lukisan Artificial Intelligence Denny JA: Pohon Buku di Rumahku
Melalui kisah ini, Marquez tidak hanya menyampaikan keindahan naratif, tetapi juga menghadirkan kritik sosial yang menggugah tentang sejarah, politik, dan budaya.
Ketika pertama kali menulis puisi esai di tahun 2012, sudah lama saya renungkan untuk mengangkat kisah LGBT di Indonesia. Tapi isu itu masih tabu dibicarakan secara terbuka, apalagi jika spiritnya melakukan pembelaan atas dasar hak asasi manusia
Maka kisah LGBT yang terjadi di pesantren pun saya fiksikan dalam puisi esai berjudul Cinta Terlarang Batman dan Robin. Dengan berlindung di balik fiksi, diskusi isu tabu itu di ruang publik lebih mudah diterima.
-000-