DECEMBER 9, 2022
Buku

Storytelling Melalui Puisi Esai tentang LGBT dan Lainnya

image
Storytelling Melalui Puisi Esai tentang LGBT dan Lainnya. (istimewa)

⁃ Pengantar Buku Puisi Esai Agus R. Sarjono

Oleh: Denny JA

ORBITINDONESIA.COM - “Jika ada hal yang masih tabu untuk dibicarakan, sampaikanlah lewat sastra.”

Baca Juga: Kota Makassar Gelar Baca Buku Serentak di Hari Kunjung Perpustakaan Nasional 2024, Pesertanya 3.500 Orang

Renungan ini yang saya ingat ketika membaca wawancara Gabriel Garcia Marquez, di The Paris Review pada 1981. Menurutnya, fiksi memberinya kebebasan untuk membahas topik-topik yang sulit diceritakan dalam kehidupan nyata. 

Dalam karya terkenalnya, One Hundred Years of Solitude, Marquez mengeksplorasi isu-isu tabu seperti incest, kekerasan politik, dan ketidakadilan sosial, yang jarang diangkat secara eksplisit di masyarakat Amerika Latin pada masa itu. 

Dengan gaya realisme magisnya, ia menciptakan dunia fiktif yang penuh warna, di mana batas antara realitas dan fantasi menjadi kabur. 

Baca Juga: 4 Lukisan Artificial Intelligence Denny JA: Pohon Buku di Rumahku

Melalui kisah ini, Marquez tidak hanya menyampaikan keindahan naratif, tetapi juga menghadirkan kritik sosial yang menggugah tentang sejarah, politik, dan budaya.

Ketika pertama kali menulis puisi esai di tahun 2012, sudah lama saya renungkan untuk mengangkat kisah LGBT di Indonesia. Tapi isu itu masih tabu dibicarakan secara terbuka, apalagi jika spiritnya melakukan pembelaan atas dasar hak asasi manusia

Maka kisah LGBT yang terjadi di pesantren pun saya fiksikan dalam puisi esai berjudul Cinta Terlarang Batman dan Robin. Dengan berlindung di balik fiksi, diskusi isu tabu itu di ruang publik lebih mudah diterima.

Baca Juga: Canda Airlangga Hartarto tentang Buku Sri Mulyani sebagai Sinyal Lanjut Jadi Menteri di Pemerintahan Berikutnya

-000-

Halaman:
1
2
3
4
5

Berita Terkait