Kisah Luqmanul Hakim dan Seekor Keledai, dan Lahirnya Angkatan Puisi Esai
- Minggu, 15 Desember 2024 15:22 WIB
Oleh: Joni Ariadinata
ORBITINDONESIA.COM - Masih ingat kisah Luqmanul Hakim (Luqman Al Hakim) dengan seekor keledai, yang menggambarkan betapa sulit menyatukan pandangan setiap orang tentang suatu hal, --meskipun itu sebuah kebaikan? Nama Luqman tertera dalam Al-Quran, ia adalah orang biasa, dan dari berbagai sumber disebutkan, bahwa Luqman Al Hakim hidup di zaman Nabi.
Kisah tentang Luqman beserta keledainya, adalah kisah paling masyhur lantaran kelucuan dan unsur parodinya yang cukup menohok.
Dikisahkan, Luqman dan anaknya pergi ke pasar ditemani seekor keledai. Di awal perjalanan, Luqman menyuruh anaknya untuk naik di punggung keledai, sementara Luqman berjalan menuntunnya di depan.
Ketika melewati sekelompok orang, beberapa diantaranya mereka berkata, mencela anak Luqman yang dianggapnya tak tahu diri. Sebagian menyalahkan bapaknya yang diduga tak becus mendidik anaknya hingga menjadi sombong. “Apakah anak itu tak dididik dengan baik, sehingga tega membiarkan orang yang lebih tua berjalan kaki?” “Anak muda yang sombong!”
Lantaran komentar-komentar itu, maka Luqman menyuruh anaknya berganti peran. Sekarang Luqman yang menaiki keledai, sementara anaknya menuntunnya di depan. Lalu apakah komentar orang-orang yang mereka lewati? “Lihat orang tua itu. Dasar orangtua bebal dan tak punya perasaan.
Bagaimana bisa membiarkan seorang anak berjalan kaki, sementara dia enak-enak di punggung keledai!” Luqman kemudian menyuruh anaknya naik bersama-sama, satu keledai dinaiki berdua. Komentar orang yang melihatnya tak jauh berbeda: “Dua orang itu ahlaknya sangat buruk. Tidakkah harusnya merasa kasihan pada keledai yang menanggung beban berat? Apakah dua orang itu tidak punya belas kasihan pada binatang?”
Terakhir, Luqman dan anaknya sama-sama berjalan kaki, menuntun keledai di depan. Tentu saja dua orang itu menjadi bahan tertawaan dan ledekan. “Mereka itu bodoh sekali. Bukankah keledai itu bisa dinaiki bersama-sama? Atau minimal dinaiki salah satu. Kenapa mereka malah bareng-bareng menuntunnya?” Nah, bagaimana kalau kisah ini diteruskan, dengan keputusan Luqman dan anaknya yang akhirnya memutuskan hal paling tidak masuk akal: yakni memanggul keledai itu bersama-sama? Pastilah serentetan kalimat umpatan yang akan mereka dapatkan: “Dua orang itu penderita penyakit jiwa. Idiot akut. Gila.”
Nasihat Luqman kepada anaknya: “Jangan hiraukan bagaimana orang akan berkata, selama apa yang engkau lakukan diyakini benar, dan mengandung kebaikan”.
***
Dua belas tahun lalu semenjak Puisi Esai pertama kali diperkenalkan oleh penggagasnya (Denny JA) lewat buku Puisi Esai dengan judul Atas Nama Cinta (2012), telah melahirkan banyak eksperimen yang melampaui penggagasnya.
Beragam eksperimen kreatif telah dilakukan baik oleh penyair maupun yang bukan penyair, dengan transformasi merambah ke berbagai media.