Puisi Denny JA: Kubawa Cincin Janjiku
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Selasa, 08 Oktober 2024 18:43 WIB
Paspor Anwar direnggut,
ia melayang bagai daun lepas dari pohon,
tak lagi punya akar.
Cincin itu,
sebuah janji yang tertahan di sakunya,
tetap di sana, menunggu waktu pulang,
harapan yang tak kunjung padam.
-000-
Baca Juga: Puisi Denny JA Warnai Perayaan Natal Komunitas Lintas Agama di Indonesia
Namun Farah tak menunggu,
hidupnya melangkah di jalan sunyi yang berbeda,
Farah menjadi ranting patah yang tumbuh menjauh,
dipaksa ayahnya mengikat diri pada pria lain,
takdir yang tak pernah ia pinta.
Di mata ayah Farah, Anwar hanya bayangan kelam,
terkubur prasangka dan tuduhan pengkhianat negara.
Baca Juga: Syaefudin Simon: Puisi Denny JA di Makamku
Anwar sendiri, terombang-ambing di negeri orang,
terdampar di Beijing, terkunci di Moskow,
tersesat di antara wajah-wajah asing,
Ia berjalan di keramaian yang sunyi,
bahkan bahasa pun seolah tak lagi menyentuh jiwanya.
Era reformasi datang.
Setelah sekian lama,
pintu pulang terbuka,
negeri ini memanggil mereka yang hilang,
menyambut anak-anak yang terbuang oleh sejarah.
Baca Juga: Puisi Denny JA: Pesan yang Dibawa Seekor Burung yang Hinggap di Pundakku
Namun Farah—
kekasih yang ia janji pulang itu,
telah wafat,
menyatu dengan tanah.