DECEMBER 9, 2022
Puisi

Puisi Denny JA: Pesan yang Dibawa Seekor Burung yang Hinggap di Pundakku

image
Puisi Denny JA: Pesan yang Dibawa Seekor Burung yang Hinggap di Pundakku.

ORBITINDONESIA.COM - Pesan apa yang dibawa seekor burung dara itu, ketika ia hinggap di pundakku?

Ia berdiam, hanya hitungan menit, lalu terbang lagi.1
Tapi ia menyentuh memori sepanjang hidupku.

Pagi itu, aku bediri di atas rumput luas, memandang sungai, di Kota Magelang.
Seekor burung dara, begitu saja,
hinggap di pundakku.
Ia datang dari arah Candi Borobudur.

Baca Juga: Puisi Esai: Memilih Tak Menikah Sambil Memelihara Kucing atau Anjing, hingga Kisah Koruptor di Makam Pahlawan

Di langit awan menghilang.
Berganti rekaman masa mudaku.
Lihat batinku di sana.
Ia terus mendaki satu gunung,
ke puncak gunung lainnya.
Kukejar matahari yang tinggal setapak lagi.
Tapi matahari tak penah kunjung tersentuh.

Terus kukejar dan kukejar lagi itu matahari.
Tapi rasa hampa selalu menganga.
Tapi rasa sepi tetap  berjaya.
Selalu.

Burung yang hingga di pundakku, di pagi itu, membawa dunia yang beda.
Ia menyirami segar ruang hampaku.
Ku bertanya:
Wahai burung,
apakah kau dikirim Candi Borobudur kepadaku?

Baca Juga: SATUPENA Akan Terbitkan Buku Kumpulan Esai, Puisi, Puisi Esai, dan Cerpen Tentang Pilkada 2024

Kini, dua jalan berbeda, terbentang di hadapanku.
Aku harus memilih.

Di ujung sana, kulihat
Bung Karno, Fidel Castro,
Mao Tse Tung, Che- Guvara,
tokoh revolusioner itu menggeret kakiku agar kembali mengejar matahari.
“Ayo, terus mendaki.
Jangan pernah berbalik arah.”

Tapi di ujung sini, kulihat jalan berbeda, menuju Candi Borobudur.
Sidarta Gautama, Jalaluddin Rumi, Yesus Kristus, Khrisnamurti, dan Hazrat Innayat Khan menungguku di sana.

Baca Juga: Puisi dari Gunawan Trihantoro Tentang Lukisan Artificial Intelligence

Bukan ketinggian gunung yang dibawa guru suci ini, tapi kedalaman samudra.

Burung dara itu,
sebentar saja hinggap di pundakku.
Tapi  ia  membawa peta jalan yang berbeda.
Ia bawa cakrawala yang lain.

Aku masih beku di tengah.
Tak tahu, jalan mana yang harus kupilih.***

Magelang, 5 September 2024

CATATAN

(1) Foto yang disertakan dalam puisi ini merekam seekor burung yang begitu saja datang dan hinggap di pundakku. Aku merenungkan maknanya.

Berita Terkait