Retno Marsudi Tak Akan Jauh dari Kegiatan Diplomasi Setelah Nanti Tak Lagi Menjabat Menteri Luar Negeri
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Sabtu, 24 Agustus 2024 04:19 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Menteri Luar Negeri Retno Marsudi berencana tidak akan lepas dari aktivitas diplomasi setelah "pensiun" dari jabatan tertinggi di Kementerian Luar Negeri.
"Darah saya kan darah diplomat. Menjadi diplomat adalah satu-satunya pekerjaan yang sudah saya jalani hampir 40 tahun. Jadi saya kira apapun kegiatan yang saya lakukan tidak akan jauh-jauh, kalau toh masih ada kegiatan," kata Menlu Retno Marsudi kepada ANTARA di Beijing, Jumat, 23 Agustus 2024.
Retno Marsudi menyampaikan hal tersebut dalam wawancara seusai bertemu dengan Menlu China Wang Yi dalam pertemuan Komisi Bersama Kerja Sama Bilateral (Joint Commission for Bilateral Cooperation atau JCBC) ke-5 di Wisma Negara Diaoyutai, Beijing.
Baca Juga: Menlu RI Retno Marsudi: Israel Harus Segera Akhiri Pendudukan Ilegal di Wilayah Palestina
"Tapi saya yakin (setelah tidak menjabat sebagai menlu), masih ada kegiatan, tidak jauh-jauh dari situ, tapi ya kita menikmatilah pensiun. Saya sudah hampir 40 tahun bekerja. Saatnya menikmati hidup," tambah Retno.
Satu hal pasti yang akan ia lakukan adalah menikmati waktu dengan keluarga. "Setelah pensiun ya momong cucu, ha ha ha. Momong cucu indah," ungkap Retno sambil tertawa.
Retno diketahui sudah memiliki empat orang cucu. Cucu terakhirnya Mangkubumi Rajasatya Marsudi baru lahir pada 12 Juli 2024 lalu.
Baca Juga: Retno Marsudi: Sebagai Produsen Utama Gandum, Rusia Mitra Penting ASEAN Dalam Ketahanan Pangan
Retno L. P. Marsudi adalah diplomat perempuan pertama yang menjabat sebagai Menteri Luar Negeri Indonesia. Ia dilantik pada 27 Oktober 2014.
Perempuan kelahiran Semarang, 27 November 1962. Retno menikah dengan Agus Marsudi, seorang arsitek.
Mereka dikaruniai dua putra, yaitu Dyota Marsudi dan Bagas Marsudi, yang keduanya juga telah berkeluarga.
Retno Marsudi mendapatkan gelar sarjana dari jurusan Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, pada 1985. Ia juga menempuh pendidikan di Haagse Hogeschool, Den Haag, Belanda, serta di Universitas Oslo, Norwegia.