Era Artificial Intellegence: Tiga Jenis Penulis dan Teror Mental Putu Widjaya, Sekapur Sirih Denny JA
- Penulis : Krista Riyanto
- Jumat, 05 Juli 2024 14:05 WIB
Ia memaksa mereka untuk merenungkan aspek-aspek mendasar dari kehidupan hingga ke akar eksistensial.
Dalam karya-karyanya, Putu sering menggunakan kejutan, ketegangan, dan perasaan tidak nyaman untuk menciptakan efek yang mendalam dan provokatif.
Putu Wijaya percaya seni harus mampu mengguncang kesadaran pembaca. Seni perlu membuat mereka keluar dari zona nyaman, dan memikirkan kembali asumsi dan keyakinan mereka.
Teror mental digunakan untuk mengangkat isu-isu eksistensial, sosial, politik, dan kemanusiaan dengan cara yang langsung dan sering kali mengejutkan.
Tapi sekarang giliran Putu Wijaya yang terteror dengan kehadiran AI.
-000-
Karena AI, lahirlah tiga jenis penulis yang berbeda, masing-masing dengan pendekatan unik terhadap seni menulis.
PERTAMA, penulis Pola Lama. Mereka adalah penjaga tradisi. Mereka mengukir kata-kata dengan penuh hati. Meyakini bahwa kedalaman emosional dan orisinalitas hanya dapat dicapai melalui usaha pribadi. Tanpa intervensi teknologi.
Bagi mereka, menulis adalah perjalanan batin. Ini melibatkan refleksi mendalam, observasi tajam, dan interaksi langsung dengan dunia sekitar. Setiap kata adalah cerminan jiwa, setiap kalimat adalah tarian pikiran.
Keunikan mereka terletak pada orisinalitas dan keaslian karya. Nuansa emosional dan filosofi yang kaya mengisi tulisan mereka. Menulis bagi mereka adalah seni murni. Sebuah simfoni yang dimainkan dengan penuh perasaan dan ketelitian.