DECEMBER 9, 2022
Kolom

Satrio Arismunandar: Denny JA, Mario Klingemann dan Penerapan Artificial Intelligence di Dunia Seni Lukis

image
Satrio Arismunandar dan lukisan artificial intelligence karya Denny JA (Foto: koleksi pribadi)

Misalnya, potret "Edmond de Belamy" yang dibuat oleh kolektif seni Obvious menggunakan AI, terjual di lelang Christie’s seharga $432.500 pada tahun 2018. Hal ini menandai salah satu pengakuan resmi pertama dari seni AI dalam pasar seni tradisional.

Beberapa galeri dan museum telah memamerkan karya seni yang dibuat dengan bantuan AI. Pameran seperti "Unhuman: Art in the Age of AI" menampilkan karya-karya seniman yang menggunakan AI, menunjukkan penerimaan institusional terhadap seni AI. Hal ini menantang konsep tradisional tentang apa itu seni dan siapa yang dapat menciptakannya.

Banyak seniman yang memanfaatkan AI sebagai alat kreatif untuk mengeksplorasi ide-ide baru dan memperluas batasan-batasan seni tradisional. Seniman seperti Mario Klingemann dan Refik Anadol menggunakan AI untuk menciptakan karya yang diakui secara luas dalam komunitas seni kontemporer.

Baca Juga: Perintah Eksekutif Biden tentang Kecerdasan Buatan atau AI Adalah Awal yang Baik, Namun Belum Cukup

Mario Klingemann, yang lahir tahun 1970 di Laatzen, Lower Saxony, adalah seniman Jerman terkenal yang menggunakan artificial intelligence (AI) sebagai alat utama dalam karya seninya. Dia dikenal karena eksperimen kreatifnya dengan algoritma dan jaringan saraf tiruan, untuk menghasilkan karya seni yang menantang batas-batas tradisional. 

Klingemann sering menggunakan Generative Adversarial Networks (GANs), sebuah teknik AI yang melibatkan dua jaringan saraf yang saling bersaing—generator dan discriminator. Generator menciptakan gambar baru, sementara discriminator menilai apakah gambar tersebut nyata atau buatan.

Dengan melatih GAN pada dataset gambar yang sangat besar, Klingemann dapat menghasilkan karya seni yang unik dan kompleks. Algoritma ini memungkinkan penciptaan gambar yang menggabungkan elemen-elemen dari berbagai sumber, menciptakan sesuatu yang baru dan sering kali mengejutkan.

Baca Juga: Ponsel Samsung Galaxy A25 5G Dilengkapi Kecerdasan Buatan untuk Estetika Foto

Karyanya melibatkan jaringan saraf, kode, dan algoritma. Klingemann adalah penghuni Google Seni dan Budaya dari tahun 2016 hingga 2018. Dia dianggap sebagai pionir dalam penggunaan pembelajaran komputer dalam seni. Pada 2018, karyanya The Butcher's Son memenangkan Lumen Prize Gold Award 2018 dengan bekerja dengan masukan visual figuratif.

Bekerja sama dengan ONKAOS, Klingemann telah menciptakan karya seperti Memories of Passerby I, karya pertama yang dibuat dengan AI yang dilelang di Sotheby's pada 2019. Pada 2020, Mario Klingemann memenangkan Penghargaan Kehormatan di Prix Ars Electronica dengan instalasi AI miliknya.

Karya-karyanya mengkaji kreativitas, budaya, dan persepsi melalui pembelajaran mesin dan kecerdasan buatan, dan telah muncul di Ars Electronica Festival, Museum of Modern Art New York, Metropolitan Museum of Art New York, Photographers' Gallery London, Centre Pompidou Paris, dan Perpustakaan Inggris.

Baca Juga: PILPRES 2024 dalam Lukisan Artificial Intelligence Karya Denny JA

Klingemann cuma salah satu contoh. Tampaknya akan makin banyak seniman atau pelukis yang memanfaatkan AI dalam penciptaan karyanya. AI telah membawa perubahan besar dalam dunia seni lukis, membuka kemungkinan-kemungkinan baru bagi ekspresi artistik dan kolaborasi antara manusia dan mesin. 

Halaman:
1
2
3
4
5

Berita Terkait