DECEMBER 9, 2022
Kolom

Satrio Arismunandar: Denny JA, Mario Klingemann dan Penerapan Artificial Intelligence di Dunia Seni Lukis

image
Satrio Arismunandar dan lukisan artificial intelligence karya Denny JA (Foto: koleksi pribadi)

AI juga bisa berfungsi sebagai seniman. Algoritma AI, seperti Generative Adversarial Networks (GANs), dapat menciptakan karya seni dari awal. AI dapat dilatih dengan dataset karya seni yang ada untuk menghasilkan lukisan baru yang meniru gaya tertentu atau menciptakan gaya baru.

Resistensi Terhadap Penggunaan AI

Dengan latar belakang seperti itu, Denny JA tampak sedang mengeksplorasi, sampai sejauh mana AI bisa dimanfaatkan untuk berkreasi dan mencipta lukisan, dengan cara-cara yang tak pernah terbayangkan sebelumnya. Tetapi, mengapa Denny? Mengapa bukan pelukis-pelukis lain? Bukankah di Indonesia terdapat banyak sekali pelukis?

Baca Juga: Perintah Eksekutif Biden tentang Kecerdasan Buatan atau AI Adalah Awal yang Baik, Namun Belum Cukup

Sejauh pemberitaan media yang saya baca, sampai hari ini tidak ada pelukis Indonesia lain yang getol bereksperimen dengan teknologi AI dalam menciptakan lukisannya. Jadi, Denny bisa dibilang adalah pelukis perintis dalam penggunaan AI, meski dia mungkin belum dianggap sebagai pelukis profesional, yang mengandalkan nafkah hidup dari menjual lukisan.

Apakah ada keengganan, resistensi, atau ketidaksukaan dari para pelukis Indonesia terhadap penggunaan AI? Apakah penggunaan AI dianggap “tidak bernilai seni?” Harus diakui, memang ada perdebatan tentang nilai artistik dari karya yang dihasilkan oleh AI. 

Beberapa kritikus berargumen bahwa seni harus mencerminkan emosi dan pengalaman manusia yang mendalam, sesuatu yang sulit ditiru oleh mesin. Karya seni manusia sering kali memiliki konteks budaya, sejarah pribadi, dan perspektif emosional. Mereka mengkhawatirkan bahwa seni AI mungkin kurang memiliki "jiwa" dan kedalaman yang dihasilkan dari pengalaman manusia.

Baca Juga: Ponsel Samsung Galaxy A25 5G Dilengkapi Kecerdasan Buatan untuk Estetika Foto

Tantangan dan kontroversi lain adalah soal hak cipta dan kepemilikan. Pertanyaan tentang siapa yang memiliki hak cipta atas karya seni yang dihasilkan oleh AI juga menjadi topik kontroversial. Apakah hak cipta tersebut milik seniman yang mengembangkan dan melatih AI, programer yang membuat algoritma, atau AI itu sendiri?

Isu lain menyangkut ketergantungan pada teknologi. Beberapa seniman khawatir bahwa ketergantungan pada teknologi AI dapat mengurangi keterampilan tradisional dan kreativitas manual dalam seni lukis. Ada kekhawatiran bahwa AI dapat mengambil alih peran seniman manusia dalam beberapa konteks, terutama dalam produksi seni komersial.

Meski dengan berbagai kontroversi itu, lukisan AI tampaknya makin mendapat penerimaan di luar negeri, meski masih terus mengalami resistensi. Karya seni yang dihasilkan oleh AI telah mendapatkan pengakuan di dunia seni. 

Baca Juga: PILPRES 2024 dalam Lukisan Artificial Intelligence Karya Denny JA

Pengakuan Terhadap Karya Seni AI

Halaman:
1
2
3
4
5

Berita Terkait