Dunia, Saatnya Ubah Derita di Gaza Jadi Kebangkitan Baru Palestina
- Penulis : M. Ulil Albab
- Rabu, 30 Juli 2025 08:43 WIB

Menurut pemberitaan kantor berita Saudi Press Agency, Menteri Luar Negeri Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan, dan Menteri Luar Negeri Prancis, Jean-Noël Barrot, membuka sesi tersebut dengan menegaskan kembali komitmen negara mereka terhadap solusi yang adil, komprehensif, dan berjangka waktu.
Konferensi tersebut menguraikan langkah-langkah konkret seperti dukungan untuk reformasi kelembagaan Palestina, bantuan pembangunan, perlindungan ekonomi Palestina, dan pembentukan aliansi global untuk mengawasi penerapan kerangka kerja dua negara.
Garis perbatasan tahun 1967, dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kota Palestina, yang didukung oleh hukum internasional, ditegaskan kembali sebagai fondasi perdamaian yang tak tergoyahkan.
Kerajaan Arab Saudi menggarisbawahi bahwa perdamaian di kawasan ini tak terpisahkan dari keadilan bagi rakyat Palestina.
Jangan normalisasi penderitaan
Senada, Sekretaris Jenderal PBB António Guterres menegaskan urgensi ini dengan mengutuk serangan 7 Oktober serta tindakan penghancuran Gaza, menekankan bahwa hukum internasional harus diterapkan secara setara — dan bahwa aneksasi, pendudukan, dan penderitaan massal tidak dapat dinormalisasi.
Baca Juga: Ratusan Ribu Anak dan Bayi di Gaza Palestina Hadapi Kematian Akibat Kelaparan
Jalan terbaik ke depan bagi Palestina terletak pada solidaritas dan akuntabilitas global, yang dipadukan dengan ketahanan dan reformasi Palestina. Solusi dua negara yang dihidupkan kembali adalah satu-satunya alternatif yang kredibel untuk mengeleminasi sistem apartheid, perang berkepanjangan dan keruntuhan kemanusiaan.
Solusi ini menawarkan hak bagi rakyat Palestina tidak hanya untuk bertahan hidup, tetapi juga untuk hidup, membangun, dan berkembang, sebagaimana yang pernah mereka lakukan selama berabad-abad di bawah pemerintahan yang adil dan pluralistik.
Sama seperti bangsa lainnya, rakyat Palestina berhak mendapatkan kehidupan yang bahagia, dengan rasa aman, dan penuh harapan, bukan kelaparan, pengepungan, dan pengungsian.
Baca Juga: Badan PBB UNRWA: Gaza Hadapi Kelaparan Massal yang Dibuat dan Disengaja
Kondisi anak-anak Gaza yang kelaparan hingga keluarga-keluarga yang terusir di Yerusalem Timur, harus dapat dibuktikan bukanlah nasib abadi, tetapi merupakan penderitaan buatan manusia yang mesti segera dapat diatasi oleh kolaborasi internasional.