DECEMBER 9, 2022
Kolom

Dunia, Saatnya Ubah Derita di Gaza Jadi Kebangkitan Baru Palestina

image
Anak Palestina di Gaza yang terancam meninggal akibat kekurangan gizi dan makanan (Foto: SCMP)

Awal keretakan stabilitas

Runtuhnya kekuasaan Utsmaniyah atau juga dikenal dengan sebutan Ottoman itu terjadi setelah Perang Dunia I, menandai awal dari keretakan mendalam dalam stabilitas wilayah Palestina yang telah berusia berabad-abad.

Di bawah Mandat Inggris (1917–1948), Deklarasi Balfour yang kontroversial mendukung tanah air Zionis, dengan mengesampingkan penduduk asli beretnis Arab. Kebijakan kolonial Inggris secara sistematis memfasilitasi imigrasi dan pemindahan tanah Yahudi, memicu ketegangan dan pemberontakan, termasuk Pemberontakan Arab (1936–1939), yang ditumpas secara brutal.

Baca Juga: Keterlibatan Negara Ketiga dan Organisasi Internasional dalam Genosida oleh Israel Terhadap Warga Palestina

Dengan berdirinya Israel pada tahun 1948, bencana terus bergulir semakin cepat. Lebih dari 750.000 warga Palestina mengalami pembersihan etnis dalam Nakba, rumah mereka dirampas, dan desa-desa mereka dihapuskan.

Ratusan kota dan komunitas lenyap, dan pembantaian seperti di Deir Yassin menimbulkan teror bagi Palestina di abad ke-20 pasca-Perang Dunia II. Pendirian Israel tidak membawa perdamaian, justru memperkenalkan era baru pendudukan militer, kebijakan apartheid, dan ekspansi kolonial melalui pemukim ilegal.

Gaza, yang dulunya merupakan kota penting di Mediterania, berubah menjadi "penjara" di alam luas, berulang kali dibombardir dan diblokade. Yerusalem, yang dianggap suci oleh miliaran orang, dibedah dan perlahan-lahan dianeksasi, serta hak penduduk aslinya dirampas melalui manuver hukum dan kekerasan.

Baca Juga: Ratusan Ribu Anak dan Bayi di Gaza Palestina Hadapi Kematian Akibat Kelaparan

Bila dahulu Palestina pernah dikenal sebagai tanah pluralisme dan kemakmuran, kini menjadi tambal sulam ghetto, pos pemeriksaan, dan trauma. Proyek Zionis, berbeda dengan kerajaan dan kesultanan di masa lalu, tidak mencari koeksistensi, melainkan dominasi hegemoni yang menghancurkan stabilitas yang sebenarnya telah mendefinisikan Palestina selama ribuan tahun lamanya.

Hidupkan solusi dua negara

Di titik kritis sejarah yang diwarnai oleh genosida dan bencana kelaparan di Gaza serta pendudukan militer dan kekerasan pemukim Yahudi yang semakin brutal di Tepi Barat, dunia telah berkumpul untuk menghidupkan kembali jalan ke depan: solusi dua negara.

Baca Juga: Badan PBB UNRWA: Gaza Hadapi Kelaparan Massal yang Dibuat dan Disengaja

Melalui Konferensi Internasional Tingkat Tinggi tentang Penyelesaian Damai Masalah Palestina, ajang global tersebut digelar di Markas Besar Perserikatan Bangsa-Bangsa di New York, Amerika Serikat, dari 28 hingga 30 Juli 2025, serta diketuai bersama oleh Arab Saudi dan Prancis.

Halaman:

Berita Terkait