DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Kisah Nabi Ibrahim dan Rockefeller yang Sayang Anak, Sebuah Renungan Iduladha

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Kisah itu bukan tragedi. Ia sebuah metafor perayaan spiritual tertinggi. Bahwa dalam cinta kepada anak, ada ruang yang lebih tinggi: ketaatan, prinsip, dan nilai yang tidak bisa dikompromikan.

Setiap Idul Adha, jutaan orang mengenangnya. Tidak untuk menangisi, tetapi untuk merenungkan: bahwa menjadi orang tua kadang berarti harus berani kehilangan kenyamanan demi kebenaran.

-000-

Baca Juga: Catatan Denny JA: Elon Musk Akhirnya Meninggalkan Donald Trump

Lebih dari tiga milenium kemudian, di dunia yang jauh berbeda, seorang ayah lain memikirkan anaknya.

Tapi bukan mimpi penyembelihan yang datang kepadanya. Yang ia hadapi adalah ketakutan halus.

Kekayaannya justru akan menghancurkan masa depan anaknya, jika ia tak mendidik, membimbing, dan mengingatkan.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Kecerdasan Spiritual Pun Menjadi Kecerdasan Terpenting

Ayah itu adalah John D. Rockefeller, triliuner pertama dunia. Antara tahun 1897 dan 1922, ia menulis 38 surat pribadi kepada putranya, John D. Rockefeller Jr., yang sedang menempuh pendidikan dan hidup jauh dari rumah.

Dalam surat-surat itu, Rockefeller tidak menulis sebagai taipan minyak. Ia menulis sebagai ayah yang mencintai, tetapi tak ingin cinta itu membutakan.

Ia mencintai, namun tetap memilih nilai sebagai kompas utama.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Pembantaian di Final Liga Champions Eropa 2025 dan Filosofi Baru Sepak Bola

Seperti Ibrahim, Rockefeller juga sayang anak. Tapi mereka berdua tahu: kasih sejati adalah kasih yang membimbing, bukan yang memanjakan.

Halaman:

Berita Terkait