Esai Haji: Di Balik Lantai Bersih Tanah Suci
- Penulis : Mila Karmila
- Selasa, 03 Juni 2025 01:32 WIB

Mereka yang Menjaga Tanah Suci
Arab Saudi, negeri kaya minyak, kini menjadi rumah bagi jutaan pekerja migran. Di sektor swasta non-pemerintah, lebih dari 80% pekerjanya adalah imigran. Mereka datang dari Bangladesh, India, Pakistan, Nepal, Sudan, Ethiopia, mencari rezeki di tanah asing.
Dulu, mereka terikat dalam sistem "kafala" — sebuah bentuk perjanjian kerja yang membuat mereka bergantung penuh pada majikan. Paspor mereka ditahan, izin tinggal dikendalikan, dan kebebasan bergerak dibatasi. Majikan adalah raja kecil yang menentukan hidup mati mereka.
Baca Juga: Elza Peldi Taher tentang Mahakarya Randai II: Malin Kundang, Durhaka yang Membawa Bencana
Reformasi memang sudah bergulir. Saudi Vision 2030 menghapus sebagian besar praktik kafala. Kini pekerja boleh pindah kerja, boleh pulang tanpa surat izin majikan, upah harus dibayar lewat bank. Tapi perubahan itu belum merata. Sektor-sektor "kasar" — cleaning service, buruh hotel kecil, penjaga toilet umum — masih jauh dari kata layak.
Masih banyak dari mereka yang hidup dalam kontrak kerja panjang, dalam upah yang rendah, dalam jam kerja yang menyesakkan. Banyak dari mereka tinggal di asrama sempit, berdesakan, tanpa cukup ruang untuk bernapas.
Bayang-Bayang dalam Ibadah
Di antara jutaan jamaah yang bertawaf, para pekerja itu hadir seperti bayang-bayang. Mendorong pel lambat-lambat di sela lautan manusia. Tak ada yang menyapa, tak ada yang menoleh. Seolah mereka bagian dari marmer lantai, bagian dari latar belakang suci yang tak perlu diperhatikan.
Aku sering merenung, betapa ibadah kami — tawaf, salat, sujud, doa — terjadi dengan nyaman di atas lantai-lantai yang mereka bersihkan siang malam. Betapa kami sering lupa, kenyamanan kami dibangun di atas kerja senyap mereka.
Di hotel-hotel berbintang lima, di kamar-kamar megah, di restoran mahal, para buruh migran itu membersihkan, melayani, membawa makanan, tanpa seragam layak, tanpa hak yang semestinya.
Baca Juga: Elza Peldi Taher: Keadilan Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi
Di Balik Kesucian, Ada Keringat