DECEMBER 9, 2022
Internasional

China dan Amerika Serikat Akan Mulai Negosiasi Tarif di Swiss

image
Ilustrasi perang dagang China vs AS (Foto: Istimewa)

"China sangat tangguh di bawah tekanan dan memiliki perangkat lengkap untuk mempertahankan hak dan kepentingan sah kami, dan siap bekerja dengan komunitas internasional untuk menentang unilateralisme, proteksionisme dan menjaga sistem perdagangan multilateral serta menegakkan keadilan dan kesetaraan internasional," jelas Lin Jian.

Lin Jian juga menyebut sikap China terhadap tarif tidak berubah meski sebelumnya China mengaku enggan untuk berunding dengan AS tanpa AS lebih dulu menghapuskan tarif timbal balik.

"Tidak ada perubahan dalam posisi China. Perang tarif ini dimulai oleh AS dan jika solusi yang dinegosiasikan benar-benar diinginkan AS, AS harus berhenti mengancam dan memberikan tekanan, dan mengupayakan dialog dengan Tiongkok atas dasar kesetaraan, rasa hormat, dan saling menguntungkan," kata Lin Jian.

Baca Juga: Produsen Mobil China Genjot Ekspansi Global

China, menurut Lin Jian akan tetap mempertahankan aturan WTO dan sistem perdagangan multilateral. Namun mengenai hal-hal spesifik tentang pertemuan Wakil PM He tersebut, Lin Jian belum mau menyebutkan secara detail.

Pemerintahan Donald Trump mengenakan tarif hingga 245 persen atas barang-barang impor dari China. Rinciannya adalah tarif timbal balik sebesar 125 persen, tarif 20 persen terkait masalah fentanil, dan tarif "Section 301" atas barang-barang tertentu, antara 7,5 hingga 100 persen.

Sedangkan China pada 11 April 2025 sudah mengumumkan penerapan tarif impor sebesar 125 persen untuk barang-barang AS atau naik dari tadinya 84 persen. Tindakan tersebut merupakan respon dari penerapan tarif 125 persen yang ditetapkan Presiden Trump pada 10 April untuk barang-barang asal China.

Baca Juga: Otoritas Irlandia Denda TikTok Rp9,8 T Karena Transfer Data ke China

Trump sudah memberi negara-negara lain jeda tarif selama 90 hari hingga 8 Juli 2025, karena para pemimpin negara tersebut berjanji untuk bernegosiasi dengan AS, meski China tetap menjadi pengecualian.

Beijing juga menerapkan langkah-langkah ekonomi lainnya sebagai wujud pernyataan untuk "berjuang sampai akhir" seperti dengan membatasi ekspor mineral tanah jarang dan mengajukan sejumlah tuntutan kasus terhadap AS di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).

Berdasarkan laman Perwakilan Dagang AS, total nilai perdagangan AS dan China pada 2024 mencapai 582,4 miliar dolar AS. Ekspor barang AS ke China mencapai 143,5 miliar dolar AS sedangkan ekspor China ke AS mencapai 438,9 miliar dolar AS sehingga AS mengalami defisit perdagangan barang dengan China mencapai 295,4 miliar dolar AS.***

Baca Juga: Masakan Asia Tenggara Kian Digemari di Kota Nanning, China

Halaman:

Berita Terkait