Catatan Denny JA: Agama Sebagai Warisan Kultural Milik Kita Bersama
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Kamis, 13 Maret 2025 10:18 WIB

Misalnya, bagaimana menentukan batas penggunaan AI dalam kehidupan manusia, atau bagaimana AI membuat keputusan yang mempengaruhi nyawa manusia.
Dengan agama yang dilihat sebagai sumber nilai universal, seperti Golden Rule yang ditemukan hampir di setiap agama besar.
Masyarakat global memiliki kerangka etis bersama yang membantu mengarahkan teknologi. Tanpa kerangka nilai universal yang jelas, AI bisa berkembang liar tanpa kendali etis yang cukup.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Kejayaan yang Dikalahkan Oleh Teknologi
Ketiga, agama sebagai warisan kultural melindungi identitas manusia di tengah dominasi AI. Di dunia yang semakin otomatis, banyak manusia mulai merasa kehilangan arti keberadaan dan tujuan hidupnya.
Di sini, agama yang tidak lagi dipandang secara eksklusif tetapi sebagai warisan spiritual yang kaya, membantu individu menemukan makna hidup secara personal tanpa terjebak dalam dogma.
Penelitian Universitas Oxford menunjukkan bahwa kelompok spiritual but not religious (SBNR) tumbuh signifikan di kalangan milenial dan Gen Z, generasi yang paling rentan terhadap gangguan mental akibat kehidupan digital. (3)
Mereka yang memiliki spiritualitas terbuka terbukti lebih kuat secara mental dan lebih adaptif menghadapi tantangan AI yang menggantikan banyak aspek kehidupan manusia.
Kecenderungan agama sebagai warisan kultural milik bersama sangat positif karena mendukung inklusivitas global, memberikan fondasi etika universal, dan menjaga makna eksistensial manusia dalam dunia yang didominasi AI.
Dengan agama dalam bentuk yang baru ini, manusia bukan hanya mampu bertahan, melainkan berkembang secara spiritual dan sosial di era kecerdasan buatan.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Perempuan Menjadi Nahkoda Kapalnya Sendiri, 89 Tahun NH Dini
-000-