Catatan Denny JA: Agama Sebagai Warisan Kultural Milik Kita Bersama
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Kamis, 13 Maret 2025 10:18 WIB

Bukankah ini menjadikan agama hanya sebagai tren dan menghilangkan maknanya?
Ini bantahan atas kritik di atas. Agama Justru Menjadi Lebih Inklusif. Prinsip ini tidak mereduksi agama, melainkan memperluas cakupannya.
Dengan melihat agama sebagai warisan bersama, lebih banyak orang dapat mengakses nilai-nilai spiritual tanpa harus terikat pada dogma tertentu. Ini bukan penghilangan esensi agama, melainkan evolusi cara manusia menghayatinya.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Kejayaan yang Dikalahkan Oleh Teknologi
Otoritas Institusi Agama Akan Beradaptasi. Institusi agama tidak melemah, tetapi bertransformasi.
Sepanjang sejarah, agama selalu beradaptasi dengan zaman. Dalam dunia yang semakin plural, fleksibilitas justru bisa memperkuat pengaruh agama.
Institusi agama dapat tetap relevan dengan menjadi pusat kebijaksanaan yang inklusif, bukan sekadar penjaga doktrin.
Spiritualitas Juga Tidak Harus Dikomersialkan.
Komodifikasi memang bisa terjadi, tetapi itu bukan alasan untuk menolak evolusi agama.
Justru dengan kesadaran baru ini, ada peluang untuk mendalami kembali nilai-nilai spiritual dalam bentuk yang lebih universal.
Daripada melihat ini sebagai ancaman, ini bisa menjadi momen refleksi bagi agama untuk lebih adaptif di era globalisasi dan AI.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Perempuan Menjadi Nahkoda Kapalnya Sendiri, 89 Tahun NH Dini
Kesimpulannya, agama tidak kehilangan makna, tetapi menemukan bentuk baru yang lebih inklusif dan bisa diakses oleh semua manusia.