DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Agama Sebagai Warisan Kultural Milik Kita Bersama

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Hasil riset menunjukkan interkoneksi antarbudaya secara signifikan meningkatkan jumlah individu yang mengidentifikasi diri sebagai “spiritual tapi tidak religius”.

Mereka menjalani spiritualitas yang kaya, mengambil inspirasi dari beragam agama, tanpa harus terikat pada aturan atau ritual tertentu.

Di tengah globalisasi yang semakin deras, agama berevolusi menjadi samudera terbuka. Bagi sebagian, agama bukan lagi sekadar doktrin yang dibatasi dogma, melainkan arus budaya yang mengalir, menyatukan manusia dalam pencarian makna hidup yang universal.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Kejayaan yang Dikalahkan Oleh Teknologi

Hari-hari besar agama kini lebih menyerupai festival budaya ketimbang ritual keimanan semata.

Lebih dari sekadar hari raya, ajaran dan praktik spiritual dari berbagai agama pun telah diuniversalisasi.

Meditasi dan Yoga: Dari Hindu-Buddha ke Dunia Modern. Meditasi, yang berakar dari Hindu dan Buddha, kini menjadi bagian dari terapi psikologi modern.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Mengapa Diperlukan Teori Baru Sosiologi Tentang Agama dan Spiritualitas di Era Artificial Intelligence?

Yoga, yang dulu merupakan disiplin spiritual Hindu, kini diajarkan di gym dan studio di seluruh dunia.

Ironisnya, banyak yang menjalani yoga tanpa mengetahui bahwa kata yoga berasal dari bahasa Sanskerta yang berarti “persatuan dengan yang ilahi”.

Juga soal konsep Mindfulness dan Kesadaran Spiritual. Prinsip “hidup di saat ini”, yang berasal dari ajaran Buddha, kini menjadi inti dari psikologi positif dan terapi mental di Barat.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Perempuan Menjadi Nahkoda Kapalnya Sendiri, 89 Tahun NH Dini

Mindfulness dipraktikkan bukan hanya oleh biksu, tetapi oleh eksekutif, atlet, hingga tentara. Bukan sebagai praktik agama, tetapi sebagai teknik manajemen stres.

Halaman:

Berita Terkait