DECEMBER 9, 2022
Puisi

Puisi Esai Denny JA: Hak Asasi di Atas Perang Saudara

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Aku ingin berteriak, menghentikan semuanya.
Tapi perang tak mengenal air mata.

Hati bertanya.
Pedang menjawab.
Darah bercampur di tanah yang sama.

Di kejauhan, Lincoln membaca laporan:
Lima ribu mati di Antietam.
Sepuluh ribu gugur di Chickamauga.
Dua puluh ribu terkubur di Gettysburg.

Aku berdiri di belakangnya, melihat ia menatap cermin.
Wajahnya lebih tua dari usianya.

Matanya dulu berisi cahaya,
kini hanya bayangan gelap.

“Apakah ini harga keadilan?”
“Apakah kebebasan selalu dibayar dengan darah?”

Ia menarik napas panjang.
Lalu berbisik, kepada diri sendiri.

“Aku menulis kebebasan, tapi tinta ini berbau mesiu.”

Aku melihat cermin itu retak.
Dalam pecahannya, nyawa-nyawa lenyap.

“Jika aku diam, sejarah memakanku.”
“Tapi jika aku bertindak, neraka terbuka.”

Halaman:

Berita Terkait