Puisi Esai Denny JA: Hak Asasi di Atas Perang Saudara
- Penulis : Krista Riyanto
- Rabu, 19 Februari 2025 06:53 WIB

Tiba-tiba, pintu terbuka.
Seorang ajudan menyerahkan sepucuk surat.
Tulisan kecil, tangan gemetar.
“Bapak Lincoln, saya hanya penulis kecil.”
“Tetapi Tuhan besar.”
“Jika Engkau bebaskan kami,”
“kami akan berdoa untukmu.”
Aku melihatnya membaca ulang.
Tangannya mencengkeram pena.
Saat tinta menyentuh kertas,
nyala api berkobar di surat.
Di plafon ruangan Lincoln,
kulihat peta Amerika terbelah.
-000-
Langit Amerika Serikat,
bagian Selatan terbakar,
berkobar menyambar.
Bagian Utara penuh bara,
terbang menyalakan pabrik-pabrik.
Pemilik ladang menghunus bayonet.
Pekerja pabrik melawan,
walau harus menumpahkan darah saudara sendiri.
Aku berjalan di Gettysburg.
Udara berbau mesiu, darah, dan doa yang tertahan.
Aku melihat seorang pemuda Selatan,
pedangnya terangkat, hendak menusuk musuhnya.
Lalu ia berhenti.
Matanya membelalak.
Ia mengenali wajah itu.
Itu saudaranya sendiri.