Puisi Esai Denny JA: Pemberontakan Para Budak
- Penulis : Krista Riyanto
- Selasa, 18 Februari 2025 08:07 WIB

Saat pertama kali mataku menatapnya.
Di bawah sinar rembulan yang redup,
Kulihat sosoknya berdiri tegar.
Malam memeluknya dengan jubah kelam.
Tapi matanya menyala,
menjadi obor yang melawan badai.
Tubuhnya tegak.
Ia pohon tua yang tak tumbang,
dihempas angin kezaliman yang tak henti-henti
Seakan Musa turun dari Sinai,
Membawa wahyu langsung dari langit.
Menggetarkan jiwa yang lama tertidur.
Membangkitkan harapan yang hampir padam.
“Ini nabi baru,” kataku dalam hati.
“Ia dikirim khusus untuk kami, para budak kulit hitam.”
Ia bicara tentang Firaun yang tumbang.
Tentang laut yang terbelah.
Tentang Tuhan yang memihak tertindas.
Aku mendengar, aku percaya.
Dan aku bukan satu-satunya.
Malam itu, ia mengumpulkan kami.
Dengan suaranya yang serak tapi kuat,
Ia berkata:
“Kita tidak dilahirkan untuk dijual.”
“Tuhan tak menciptakan manusia untuk berlutut.”
“Fajar tak akan membawa kebebasan.”
“Kita yang harus menjemputnya.”
Dan kami pun bangkit.
Menjemput kebebasan.