Puisi Esai Denny JA: Pemberontakan Para Budak
- Penulis : Krista Riyanto
- Selasa, 18 Februari 2025 08:07 WIB

-000-
Fajar itu, kami bukan lagi budak.
Kami manusia.
Kami meraih kapak, pisau, batu.
Apa pun yang bisa menggantikan ketidakberdayaan.
Kami berjalan ke rumah para tuan.
Jeritan membelah langit pagi.
Untuk pertama kalinya,
merekalah yang takut.
Api berkobar, dinding-dinding runtuh.
Besi yang dulu membelenggu kami,
kini menjadi senjata di tangan kami.
Angin pagi membawa bisikan baru:
Kami bebas. Kami bebas!
Sejenak, kami manusia seutuhnya.
Sejenak, langit terasa lebih luas.
Sejenak, sejarah berpihak pada kami.
Namun sejarah tak pernah membiarkan kami menang lama.
Fajar yang sama membawa badai.
Mereka datang, lebih banyak, lebih ganas.
Dengan senapan dan kuda,
Dengan perintah untuk memadamkan nyala.
Satu per satu kami jatuh.
Darah kami menyatu dengan tanah,
tanah yang selama ini kami bajak,
tanah yang tak pernah menjadi milik kami.
Nat Turner bertahan.
Seperti batu yang melawan arus.
Tapi mereka menangkapnya,
mengadilinya.