ORBITINDONESIA.COM - Hutan rimba berkabut pagi, di mana rusa melintas perlahan,
Air sungai mengalir deras, berbatu-batu di bawah pepohonan,
Daun rimbun menjadi tirai, burung bernyanyi tanpa beban.
Di tengah ini, si pemimpin bicara, memuja suara keras,
Membelai popularitas bagai mahkota emas,
Namun lupa suara semut kecil yang juga bernas.
Di dahan tinggi elang menatap, angin mengusap sayap lebar,
Di semak-semak, kelinci berlari menghindar bahaya samar,
Harimau mengaum, tanda kekuasaan tak bisa dibakar.
Baca Juga: Puisi Hendrawan Basel: Ambisi Waktu
Namun kuasa rimba bukan soal suara paling lantang,
Ada aturan, ada bisikan, harmoni dari yang tenang,
Tapi si pemimpin terbius sorak, hilang dalam bayang.
Di bawah pohon beringin tua, kumbang kecil sibuk bekerja,
Menyusun serbuk bunga, memberi hutan napas sejahtera,
Namun siapa peduli? Semua sibuk dengan yang tampak di mata.
Si pemimpin berpidato, mengangkat dirinya ke langit,
Cinta popularitas menutup hati yang sempit,
Lupa bahwa suara kecil pun adalah pelita yang legit.
Baca Juga: Puisi Hendrawan Basel: Salam Literasi
Monyet berayun dari dahan ke dahan, berteriak penuh canda,
Di bawahnya buaya mengintai, diam-diam menyusun agenda,
Begitulah kuasa, sering kali bermain drama.
Hutan tak butuh pidato yang berbunga kata,
Ia butuh kejujuran, tindakan nyata,
Namun bias otoritas membuat semua menjadi fana.
Gemericik air sungai mengalir, beradu dengan batu cadas,
Disana ikan berenang, menjelajahi kedalaman deras,
Mereka tak peduli siapa yang merasa paling tegas.
Baca Juga: Puisi Hendraone Basel: Rintik Pagi di Toboali
Hutan mengajarkan bahwa semua punya peran,
Namun cinta popularitas seringkali melenyapkan,
Hingga harmoni rusak, jiwa rimba pun perlahan memelan.
Burung hantu diam di malam, mengamati di balik gulita,
Ia tahu rahasia yang pemimpin sembunyikan di hatinya,
Bahwa kuasa sering lahir dari pujian yang buta.
Hutan menangis, suara kecilnya hilang dalam hiruk,
Sementara pemimpin terus berlagak, lupa akan buruk,
Lupa bahwa cinta sejati hutan adalah diam yang utuh.
Baca Juga: Puisi Hendraone Basel: Putaran Waktu
Angin pagi membawa pesan, dari rimba yang penuh makna,
Bahwa kuasa bukan soal popularitas semata,
Ia harus mendengar, memahami setiap warna suara.
Biarkan semut kecil bicara, biarkan akar menjalar,
Hutan akan hidup jika semuanya setara bersandar,
Namun jika bias otoritas terus memagar, hutan hanya tinggal hangar.
Januari 2025
hendraone basel ***