DECEMBER 9, 2022
Puisi

Puisi Hendrawan Basel: Sepertiga Hari

image
Ilustrasi puisi Sepertiga Hari (Foto: satrio)

ORBITINDONESIA.COM - Jelang fajar mata dibelalakkan
Hilir udara dingin menusuk tulang
Basuh muka tanda menyapa hari
Diam sejenak menatap diri kearah cermin
Menjamin mimpi tak ada bekas

Teko kecil memanggil diri
Seolah perjanjian tiada henti
Fajar belum dimulai namun secangkir kopi meminta diseduh

Seremoni fajar berlangsung hingga adzan subuh memanggil
Tunaikan niat melangkahkan kaki kearah pintu keluar menuju pintu masuk

Baca Juga: Puisi Denny JA: Mereka Tak Terima Keyakinan yang Diberi Orangtuaku

Gelap menyapa dijawab keindahan cahaya malu sabit diatas langit
Tertabur pernak pernik cahaya butiran kecil saling berjauhan dalam selimut hitam cakrawala
Bulir-bulir embun di permukaan dedaunan pun ikut memberikan nuansa indah dalam pesona fajar

Subuh berlalu hanya sejenak direnggut pagi yang tak sabar
Dunia yang congkak mulai memberi isyarat
Mengoyak tirai fajar dengan kuku cahaya pagi

Tuan-tuan dan nyonya-nyonya terlepas lelap namun tak rela tinggalkan mimpi
Karena mimpi tidak dapat dibagi
Tidak dapat dibagi

Baca Juga: Puisi Ahmad Gusairi: Lukisan di Kanvas Waktu

Tuan-tuan dan nyonya-nyonya nyata hari ini hari yang pasti
Tidak ada waktu untuk menyeduh dengan santai minuman serta hangatnya sarapan

Fajar dan pagi mungkin estafet waktu
Hanya sepertiga bagian dari hari
Namun fatamorgana siang selalu mengusik pagi
Sehingga terkadang fajar harus melemparkan tongkat estafet ke pagi

Meskipun dingin fajar mengusik tubuh
Dan hangat pagi menyalakan semangat
Namun tetaplah dunia sesaat dan akhirat kekal selamanya

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Ketika Anakku Kecanduan Internet

Basel, Desember 2024 ***

Berita Terkait