Puisi Esai Denny JA: Kabarkan Kisah Bunga yang Dipanah
- Penulis : Bramantyo
- Jumat, 22 November 2024 07:33 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Pada tahun 1860, di Hindia Belanda, rakyat pribumi direnggut haknya, dipaksa menanam kopi demi tuan kolonial, hidup mereka tergadai dalam ketidakadilan Tanam Paksa.
-000-
Di lereng Gunung Lebak,
di antara pagi yang berkabut tipis,
petani tua menatap sawah kosong.
Bukan padi yang tumbuh di sana,
tapi kopi untuk Belanda.
Baca Juga: Membuka Pintu Puisi Esai bagi Generasi Milenial
Anak kecil menggenggam tangan ibunya,
yang berdiri di pematang,
kaki pecah-pecah menahan perih.
“Bu, kapan kita makan?”
Suara kecil itu seperti tembakan
yang menggema ke lembah-lembah.
Namun ibu hanya diam,
matanya memandang jauh ke ladang kopi.
Di sana, bukan nasi yang ia tanam,
hanya biji pahit untuk meja-meja Eropa.
Baca Juga: Denny JA Terbitkan Buku Puisi Esai ke-6 tentang Sisi Gelap Sejarah Kemerdekaan
Di sela angin, perut kecil itu berbunyi,
seperti lonceng yang tak pernah berhenti berdenting.
Tapi di dapur bambu mereka,
hanya ada tungku kosong
dan bara yang padam sebelum subuh.
Suara derita itu seolah hilang,
terkubur dalam sunyi.
ia bunga yang dipanah,
berdarah tetapi tak berteriak.
Suasana berubah ketika ada yang menuliskannya.