Denny JA, Seorang Jenius Modern Asal Indonesia
- Penulis : M. Ulil Albab
- Rabu, 08 Januari 2025 13:02 WIB

4. Pertarungan Menafsirkan Agama yang Sesuai Hak Asasi Manusia
Para nabi telah wafat, meninggalkan warisan yang kaya akan tafsir. Di era ini, tafsir agama tidak lagi menjadi domain eksklusif otoritas tertentu. Artificial Intelligence hadir sebagai alat untuk mengeksplorasi dan membandingkan tafsir agama secara mendalam. Membimbing manusia untuk memilih tafsir yang menumbuhkan ilmu pengetahuan, menghormati hak asasi manusia, dan membawa kebahagiaan.
Denny JA melihat AI sebagai jendela baru untuk memahami sejarah tafsir agama. Namun, ia juga mengingatkan bahwa AI tidak menggantikan kebijaksanaan manusia. Pilihan tetap ada di tangan manusia. Tafsir yang benar adalah yang membuat dunia menjadi rumah yang lebih baik bagi semua.
5. Pemberdayaan Spiritual Individu, Berkurangnya Otoritas Ulama, Pendeta dan Biksu
Era AI memberikan kebebasan lebih bagi individu untuk menemukan jalan spiritual mereka sendiri. Dengan AI memungkinkan eksplorasi lintas teks dan sejarah agama. Manusia kini memiliki alat untuk memutuskan paham dan nilai spiritual yang relevan dengan hidup mereka. Ulama, pendeta, biksu, dan guru tetap berharga sebagai penjaga hikmah, tetapi otoritas mereka tidak lagi absolut.
“Era ini memanggil kita untuk menjadi pemimpin spiritual bagi diri sendiri. Dengan kebebasan yang juga menciptakan tanggung jawab baru,” kata Denny JA.
6. Perayaan Hari Raya Aneka Agama Secara Sosial dan Lintas Iman
Hari raya agama-agama adalah lebih dari sekadar ritus keagamaan. Mereka adalah momen untuk merayakan kehidupan, cinta, dan makna bersama. Esoterika Forum Spiritualitas, yang didirikan oleh Denny JA, memulai tradisi baru: merayakan hari raya lintas iman secara sosial.
“Masing-masing dari kita tidak perlu mengikuti ritus agama yang tidak kita yakini, tetapi kita dapat hadir. Sebagai sahabat, berbagi kebahagiaan dalam momen-momen suci itu,” kata Denny JA.
Tradisi ini mencerminkan harapan akan dunia yang lebih damai. Di mana keberagaman adalah kekayaan yang layak dirayakan bersama