DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Tak Kutemukan Surga di Sana

image
Catatan Denny JA: Tak Kutemukan Surga di Sana. (istimewa)

Rindu itu menggigit,  
tapi pulang hanyalah angan,  
seperti mimpi yang tak pernah tergapai.

"Sejarah telah menelanku,"  
gumamnya di malam-malam yang panjang.  
"Aku bagian dari revolusi yang retak,  
dari bangsa yang terlupakan."

Namun, dari reruntuhan itu,  
Marwan mencoba bangkit.  
Ia mengambil kuas,  
melukis kenangan yang tersisa,  
melukis Indonesia yang tak pernah kembali.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Di Kereta Itu, Tak Ditemukannya Sepasang Mata Bola

Gunung-gunung, sawah yang berkabut,  
senyum ibu dalam waktu yang membeku.  
Setiap goresan adalah perjalanan,  
sebuah upaya untuk pulang tanpa bergerak.

Lukisannya menjadi suara bagi yang tak bersuara,  
cerita bagi yang tersingkir.  
Karyanya sampai ke tanah air.

Anak-anak sekolah melihatnya,  
melihat tanah mereka melalui mata yang terlupakan.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Revolusi Kreativitas Bersama Artificial Intelligence (1)

-000-

"Inilah hadiahku," bisik Marwan,  
"untuk negeri yang tak pernah menerima kepulanganku."

Dan di ujung usia,  
di negeri yang jauh,  
Marwan tersenyum samar.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Ayah, Semoga Abu Jasadmu Sampai ke Pantai Indonesia

Meski tubuhnya terjebak dalam kubangan sejarah  
yang berantakan,  
hatinya akhirnya menemukan jalan pulang,  
melalui seni,  
melalui rasa yang tak pernah mati.

Halaman:
1
2
3
4

Berita Terkait