Muhammad Yunus, Pemenang Nobel Perdamaian Akan Jadi Penasihat Utama Pemerintahan Sementara Bangladesh
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Rabu, 07 Agustus 2024 09:11 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Pemenang Hadiah Nobel Perdamaian Muhammad Yunus akan menjadi penasihat utama pemerintahan sementara di Bangladesh, kantor presiden telah mengumumkan.
Keputusan menunjuk Muhammad Yunus tersebut dibuat dalam sebuah pertemuan antara Presiden Mohammed Shahabuddin, para pemimpin militer, dan para pemimpin kelompok Students Against Discrimination, kata kantor presiden.
Keputusan menunjuk Muhammad Yunus itu diambil sehari setelah perdana menteri Sheikh Hasina dipaksa turun dari jabatan dan meninggalkan negara itu, menyusul protes yang dipimpin mahasiswa selama berminggu-minggu yang berubah menjadi kerusuhan yang mematikan.
Baca Juga: Josep Borrel: Uni Eropa Desak Transisi Damai Menuju Pemerintahan Baru yang Demokratis di Bangladesh
Para pemimpin mahasiswa telah menyatakan dengan jelas bahwa mereka tidak akan menerima pemerintahan yang dipimpin militer dan telah mendesak Yunus untuk memimpin pemerintahan sementara.
Yunus, yang setuju untuk mengambil peran tersebut, berkata: "Ketika para mahasiswa yang telah berkorban begitu banyak meminta saya untuk turun tangan di saat yang sulit ini, bagaimana saya bisa menolaknya?"
Dia kembali ke Dhaka dari Paris, tempat dia menjalani prosedur medis kecil, menurut juru bicaranya.
Baca Juga: Waduh, 500 Tahanan di Bangladesh Kabur Saat Terjadi Kerusuhan di Penjara Pusat Sherpur
"Presiden telah meminta rakyat untuk membantu mengatasi krisis ini. Pembentukan pemerintahan sementara yang cepat diperlukan untuk mengatasi krisis ini," kata kantor presiden dalam sebuah pernyataan.
Menurut media lokal, lebih dari 100 orang tewas dalam bentrokan berdarah di seantero Bangladesh pada hari Senin, hari paling mematikan sejak demonstrasi massal dimulai.
Ratusan kantor polisi juga dibakar, sementara Asosiasi Layanan Kepolisian Bangladesh (BPSA) mengumumkan pemogokan "sampai keamanan setiap anggota polisi terjamin".
Baca Juga: Kemlu RI: Seorang Warga Indonesia Meninggal Akibat Kebakaran Hotel di Tengah Kerusuhan Bangladesh
Kelompok itu berusaha menyalahkan pihak berwenang, dengan mengatakan bahwa mereka "dipaksa menembak".