DECEMBER 9, 2022
Kolom

Rinaldi Napitupulu: Hilirisasi Digital, Apakah Suatu Keniscayaan? (Bagian 2)

image
Rinaldi Napitupulu (foto: Koleksi pribadi)

ORBITINDONESIA.COM - Penulis coba mendata sebagai contoh berapa instansi dan BUMN/BUMD yang terlibat dalam satu tujuan outcome tertentu, katakan Sektor Pangan Beras.

Studi menunjukkan secara UU, pembagian fungsi melibatkan 33 setara dirjen atau deputi dan 33 BUMN/BUMD. Masing-masing unsur tentunya memiliki kepentingan, sesuai tupoksi yang telah dibagi habis, sesuai dengan UU terkait dalam Sektor Pangan Beras.

Perpres 82/2023 menyebutkan adanya Tim Koordinasi SPBE Nasional serta memberikan penugasan kepada Peruri. Hanya dalam pandangan penulis tetap diperlukan adanya Orkestrator, yang bukan semata berfokus membangun integrasi.

Baca Juga: Prabowo Subianto Ingin Wujudkan Cita-cita Jokowi Hilirisasi Semua Sektor

Tetapi orkestrator tujuan utamanya adalah meningkatkan outcome sebagai wujud hasil integrasi, sambil tetap memperhatikan kepentingan masing-masing unsur yang terlibat.

Masalah teknis yang sejalan dengan tujuan di atas ini adalah, bahwasanya sistem pada masing-masing instansi dan BUMN/BUMD telah terbangun secara terpisah. Sehingga penyederhanaan atau penyempurnaan proses pada kementerian dalam mengintegrasikan memerlukan orkestrator yang kuat.

Sejalan dengan perkembangan jaman, dikenal adanya istilah platform Supper Apps atau Mini Program (digunakan untuk untuk menyatukan aplikasi yang terpisah-pisah untuk bisa di manfaatkan oleh pengguna tanpa perlu keluar dari satu aplikasi satu dengan aplikasi lainnya).

Baca Juga: Jokowi Dikadali, Glen Ario Sudarto Mafia Nikel Ditangkap, Siapa Lagi Berikutnya

Pertanyaan lebih lanjut apakah mengintergasikan dimaksud sudah dapat dikatakan sebagai Hilirisasi Digital? Penulis melihat pembangunan integrasi bukan titik akhir, sebaliknya ini adalah salah satu cara untuk menuju titik akhir.

Salah satu inti dari hilirisasi tentunya adalah menentukan hulunya yang mana. Apa yang menjadi asset di hulu untuk diolah di hilir. Sebagi contoh dunia material, hulu adalah bahan mentah nikel di hulu, kemudian diolah dihilir menjadi bahan setengah jadi untuk bahan baku batreai dll.

Untuk membayangkan asset apa yang ada didunia digital, kita mencoba melihat bermunculan ragamnya start up aplikasi. Secara kasat mata mereka menjaring sebanyak mungkin pelanggan. Hal ini dilakukan dengan memberikan gimmick sebagai daya tarik.

Baca Juga: Hilirisasi Nikel di Indonesia, Kemenperin: Multiplier Effect Mulai Terlihat

Selanjutnya ketertarikan pelanggan untuk tinggal dalam aplikasi dan melakukan transaksi diolah dan dijadikan sebagai informasi atau Customer Insight. Asset Digital ini yakni Customer atau customer insight yang akan dimanfaatkan oleh mitra applikasi guna menjual produk atau jasa kepada targeted customer (yakni pengguna aplikasi).

Halaman:
1
2
3
4
Sumber: Rinaldi Napitupulu

Berita Terkait