Satrio Arismunandar: Ada Kemungkinan, Kita Hidup Dalam Sebuah Mimpi atau Simulasi Raksasa
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 15 April 2023 14:26 WIB
Beberapa pendukung teori ini termasuk filsuf Yunani kuno Plato, yang berpendapat bahwa dunia material hanyalah bayangan dari realitas sejati yang ada di luar indera kita. Sedangkan filsuf India Shankara mengembangkan konsep Maya untuk mendeskripsikan sifat ilusi dari dunia fisik.
Gagasan hidup sebagai mimpi telah dieksplorasi oleh penulis seperti Jorge Luis Borges, penulis Argentina yang banyak menulis tentang sifat realitas dan ilusi waktu. Juga, David Lynch, yang filmnya sering menampilkan citra dan simbolisme seperti mimpi.
Salah satu tema karya Borges adalah sifat waktu dan hubungannya dengan realitas dan persepsi. Borges sangat tertarik dengan gagasan bahwa waktu adalah ilusi dan kenyataan pada akhirnya tidak lekang oleh waktu (timeless).
Dalam esainya "A New Refutation of Time", Borges berpendapat bahwa waktu adalah konstruksi mental, produk dari persepsi subjektif kita tentang dunia di sekitar kita. Dia percaya, waktu bukanlah realitas objektif melainkan cara kita mengatur dan memahami pengalaman kita.
Baca Juga: Masih Ditanya Keluarga Mana Pasangannya di Hari Lebaran, Coba Jawab Pakai Ini!
Implikasi dari ketidakjelasan atau sulitnya membedakan antara dunia nyata dan dunia mimpi itu bisa sangat jauh. Karena, kalau kehidupan dan dunia yang kita alami ini cuma mimpi, lalu apa arti agama atau kepercayaan pada Tuhan yang kita anut? Apakah itu juga tidak nyata, karena cuma bagian dari mimpi?
Realitas Dalam “The Matrix”
Nah, untuk menunjukkan sulitnya menentukan realitas yang kita alami, saya harap Anda sudah menonton The Matrix, film lama yang dibintangi Keanu Reeves.
Dalam film The Matrix, konsep realitas menjadi tema sentral. Ceritanya menggambarkan masa depan dystopian di mana manusia terjebak dalam realitas simulasi yang diciptakan oleh mesin hidup.