Alvian Fachrurrozi: Kejawen Modernis
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 08 Agustus 2022 08:25 WIB
ORBITINDONESIA - Berbicara tentang aliran spiritual dan politik di tanah Jawa, selama ini para peneliti, sejarawan, dan banyak penulis membaginya menjadi dua arus besar, Abangan dan Santri.
Khusus untuk Santri, sudah jamak dipahami teridentifikasi lagi menjadi dua kategori, yaitu Santri Tradisonal dan Santri Modernis.
Santri Tradisional merujuk kepada sebuah aliran Islam yang mengusung nilai-nilai tradisional yang bersumber dari kitab-kitab para ulama Islam dari generasi ke generasi.
Baca Juga: Hasil Liga Inggris: Gol Penalti Jorginho Bawa Chelsea Menang Melawan Everton
Sedangkan Santri Modernis sebuah aliran Islam yang mencoba mengadopsi nilai-nilai modern dari Barat seperti nasionalisme, demokrasi, hak-hak sipil, rasionalitas, kesetaraan, dan perjuangan sosial.
Aliran Santri Modernis ini juga melakukan peninjauan secara kritis terhadap konsep-konsep lama (kecuali Al Qur'an dan Hadits) dan kitab-kitab dari para ulama Islam terdahulu, serta mereka melakukan penafsiran yang baru dalam praktik keberagamaan.
Nah jika kelompok Santri oleh para cendekiawan dicandra menjadi dua varian yang demikian tegas itu, apakah demikian juga yang terjadi di kelompok yang disebut Abangan, atau yang lebih tepatnya disebut kelompok Kejawen (karena Abangan hanyalah istilah peyoratif yang diberikan oleh kalangan Santri)?
Rupanya kok tidak sama sekali. Seakan memang seperti ada yang luput dari amatan para peneliti, sejarawan, penulis, atau bahkan budayawan dan ilmuwan sosial.
Baca Juga: Cetak Brace di Laga Debut Lawan West Ham, Erling Haaland Bawa Manchester City Masuk 4 Besar
Kelompok Kejawen kerapkali dipandang hanya terdiri dari satu identitas tunggal belaka. Sejauh pengetahuan saya, belum pernah saya membaca atau mendengar ada istilah Kejawen Tradisional dan Kejawen Modernis atau istilah Abangan Tradisional dan Abangan Modernis.