DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Alvian Fachrurrozi: Kejawen Modernis

image
Kejawen

Seperti varian Muhammadiyah (ormas terbesar yang mewakili Islam Modernis) dan varian NU (ormas terbesar yang mewakili Islam Tradisional) di dalam lingkup kalangan Santri/Islam.

Bagi kalangan Islam Tradisional tentu akan merasa jengah melihat kelompok Islam Modernis yang mengganut prinsip egaliterisme Barat yang lalu tidak sudi menghormati seseorang hanya karena nasab/darah keturunan.

Mereka hanya bersedia menghormati seseorang atas dasar moralitas, ilmu, prestasi, atau jasa-jasa kebaikannya.

Baca Juga: Ngaji Gus Baha: Kesalahan Dalam Niat Sholat dan Sujud yang Sering Tak Disadari

Maka jangan heran bentuk-bentuk feodalisme religius seperti "pengkultusan pada manusia" yang ditunjukkan pada para Habib dan para anak turun kyai (Gus/Lora) hanya akan berlaku di kalangan Islam Tradisional seperti Islam Syiah, Nahdlatul Ulama (NU), PERTI, Nadhlatul Wathan (NW).

Ini tidak akan berlaku di kalangan Islam Modernis (yang telah terinjeksi nilai-nilai liberal Revolusi Prancis yang bersanad dari ulama reformis Mesir, Rasyid Ridha) seperti Muhammadiyah, PERSIS, dan Al-Irsyad.

Saya selamanya tetap ingat akan satu wejangan keren tentang sikap "anti mental feodal" yang diberikan oleh guru saya di sekolah Muhammadiyah dulu:"Laisal fata man yaqulu hadza aba walakinnal fata man yaqulu ha ana dza".

Seorang pemuda itu bukanlah yang mengatakan ini bapakku atau kakekku, tapi inilah diriku sendiri.

 Baca Juga: Hasil Liga 1: Bhayangkara FC Menang Tipis, Persebaya Surabaya Turun Peringkat

Di kalangan Islam Tradisional, perguruan-perguruan Tarekat bertumbuh dengan subur dan para pendiri/mursyid Tarekat sangat begitu dikultuskan, sampai-sampai pakaiannya, bekas air minumnya, bahkan rontokkan rambutnya dianggap sangat suci dan membawa berkah spiritual.

Halaman:
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10

Berita Terkait