Alvian Fachrurrozi: Kejawen Modernis
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 08 Agustus 2022 08:25 WIB
Begitu pula jika kita menenggok kultur besar dari kelompok Kejawen, setidaknya di sana juga ada pertentangan nilai-nilai yang kemudian mengerucut menjadi dua arus besar yang saya identifikasi sebagai Kejawen Tradisional dan Kejawen Modernis.
Kejawen Tradisional merujuk kepada sebuah aliran Kejawen Ortodoks yang mengusung sepenuhnya nilai-nilai tradisional yang bersumber dari wejangan-wejangan, lontar-lontar, serat-serat, dan pakem-pakem nilai dari para leluhur Jawa dari generasi ke generasi.
Dan mencoba secara puritan untuk menghidupkan kembali semua pakem-pakem tradisi dari masa lalu itu.
Baca Juga: Hasil Liga Inggris: Laga Debut Erik ten Hag, Manchester United Justru Takluk Atas Brighton
Sedangkan Kejawen Modernis adalah sebuah aliran Kejawen yang meski tetap menguri-nguri wejangan-wejangan, lontar-lontar, serat-serat, dan pakem-pakem nilai dari para leluhur Jawa.
Tetapi di satu sisi juga mensintesiskannya dengan nilai-nilai modern dari Barat seperti nasionalisme, demokrasi, pluralisme, liberalisme, sosialisme, hak-hak sipil, rasionalitas, kesetaraan gender, anti feodalisme, anti patriarkisme, anti poligami, dan anti rasisme.
Maka aliran Kejawen Modernis ini juga melakukan peninjauan secara kritis terhadap konsep-konsep lama dalam budaya Jawa, serta melakukan penafsiran yang baru dalam praktik-praktik spiritual dan berkebudayaannya.
Seperti dua varian Santri yang kerap berseteru menyoal urusan "feodalisme" dan "kesetaraan gender". Begitupun juga dengan dua varian dalam kalangan Kejawen.
Baca Juga: Hasil Liga 1: Persis Solo Tiga Kali Kalah Beruntun
Kelompok Kejawen Tradisionalis seringkali merasa jengah dengan pihak Kejawen Modernis yang menganggap remeh soal "trah" (darah kebangsawanan) dan gelar-gelar keningratan dari keraton.