Alvian Fachrurrozi: Kejawen Modernis
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 08 Agustus 2022 08:25 WIB
Bahkan antropolog kondang Clifford Geertz pun hanya mencandra "orang Jawa yang berjati diri Jawa" dengan istilah Abangan dan Priyayi yang sama sekali tidak menggambarkan varian watak Tradisional atau Modernis di antara kelompok orang-orang Jawa yang berjati diri Jawa tadi.
Karena istilah Abangan dalam pencandraan Clifford Geertz terdiri dari orang-orang Jawa pedesaan yang konservatif, tradisional, lugu, dan tidak berpendidikan tapi sekaligus juga terdiri dari orang-orang Jawa yang merupakan kader-kader partai Kiri yang bersifat progresif, modernis, dan revolusioner.
Sementara kalangan Priyayi terdiri dari orang-orang feodal konservatif tradisional dari keraton atau para pegawai negeri, dan terdiri juga dari para priyayi modernis yang terpelajar serta memiliki pemikiran maju dan revolusioner.
Baca Juga: Hasil Liga Inggris: Dua Gol Haaland Bawa Manchester City Menang Melawan West Ham United
Maka menurut saya pencandraan dari Clifford Geertz itu masih campur aduk dan tidak memperjelas mengenai varian Kejawen Tradisional dan Kejawen Modernis yang saya maksud.
Begitupun jika kita tengok pencandraan dari sejarawan Indonesianis kondang M.C. Ricklefs, dari sana pun kita juga tidak menemui pencandraan secara utuh mengenai eksistensi dua kelompok dalam masyarakat "Jawa yang berjati diri Jawa" tadi.
Dalam bukunya "Mengislamkan Jawa: sejarah Islamisasi di Jawa dan penentangnya dari 1930 sampai sekarang", M.C. Ricklefs lebih menganalisa masyarakat Jawa dalam bentuk pertalian dengan partai afiliasinya yaitu: Santri Tradisional (Partai NU), Santri Modernis (Masyumi), Abangan (PKI), dan Priyayi (PNI).
Jadi bagi saya, M.C Ricklefs itu hanya mengulangi pencandraan masyarakat Jawa dari Clifford Geertz saja dan belum sampai pada pencandraan jika orang Jawa/Abangan/Kejawen itu juga terbagi menjadi dua varian yang sama persis seperti di kalangan santri.
Tentu saja pencandraan saya ini tidak mengada-ada, tapi berdasarkan pengamatan saya yang cukup panjang selama ini, bahwa di kalangan penghayat ajaran Kejawen itu pun juga terbagi menjadi dua varian.