DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Konflik Suku Asli Lampung vs Pendatang Bali 2012 dalam Puisi Esai Denny JA

image
Konflik Suku Penduduk Asli Lampung vs Pendatang Bali dalam Puisimsai Denny JA.

Dalam pengungsian itu, sejumlah seniman dan relawan melakukan penguatan batin bagi para pengungsi. Juga mendukung finansial yang diperlukan.

Dari peristiwa Balinuraga, DJA mengungkapkan ke dalam lima perspektif yang masing-masing memiliki kekuatan.

Membaca kelima puisi esai tersebut, sejatinya dendam harus disudahkan, kesalahan masa lalu mesti ditenggelamkan di laut terdalam.

Puisi esai pertama tentang Balinuraga ("Mata Dibalas Mata, Parang Dibalas Parang") menceritakan Bharata yang menyesal tak mampu menjaga adiknya.

Sang adik, perempuan bernama Prastika, tewas pada saat kerusuhan. Abu kremasinya dilarungkan di Selat Sunda atau Laut Jawa. Sejak saat itu Bharata membawa dendam, bahkan 10 tahun lamanya.

Ia mencari pembunuh adiknya. Mata dibalas mata, parang dibalas parang. Artinya, nyawa mesti dibayar dengan nyawa!

Tetapi dari massa yang mengeluruk sekitar 500 orang itu, siapa yang membunuh adiknya?

Karena dendam itu, Baratha lupa bahwa ia punya anak dan istri. Ia meninggalkan tanggung jawab sebagai suami, ayah, maupun kepala keluarga.

Sepuluh tahun ia 'menelantarkan' hak-hak keluarganya hanya demi 'menebus' dosanya kepada ibu karena tak mampu menjaga sang adik.

Amarah yang dipendamnya membuat hilangnya akal sehat. Dendam yang terhunjam di hatinya bertahun-tahun, makin membuatnya tak berpikir rasional. Anjuran guru Dewo, ia menuju Laut Jawa di mana abu jasad adiknya dilarungkan. Dendam yang berlarat-larat harus pula dilautkan ("Kucukupkan memikul dendamku/amarahku harus kubuang', hlm 111). Baratha sadar bahwa ia punya istri dan anak yang selama ini dilupakan.

Halaman:

Berita Terkait