Denny JA: Kakakku Berburu Kepala; Konflik Sampit, Suku Dayak versus Suku Madura, 2001
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 21 Juli 2022 12:33 WIB
Semua terdengar oleh Dahen, seperti angin lalu.
Entah benar, entah tidak. Dahen tak melihatnya sendiri. Hanya kabar dari mulut ke mulut.
Tapi Dahen ingat itu peristiwa. Dahen, Ambong dan puluhan orang Dayak, dikumpulkan oleh Hanyi. Ia tokoh suku Dayak yang dihormati, dituakan.
Itu hari ketika langit di Sampit menghitam.
Roh dari alam baka berterbangan.
Burung- burung aneh dari masa purba hinggap di pohon, di tiang- tiang listrik.
Udara panas, ibu dari segala amarah, menyelinap di hati.
Baca Juga: Kapolres Metro Jakarta Selatan dan Karo Paminal Divisi Propam Dinonaktifkan
“Para kerabat, sedulur, keluarga besar. Dengarlah. Dayak harus bersatu. Dayak harus melawan. Ini tanah leluhur kita.”
“Itu suku Madura hanya pendatang. Mereka menumpang di sini.
Tapi mereka merasa lebih kuasa. Berani- beraninya, mereka menyiksa kita pula. Membantai kita pula. Menantang kita pula.”
Hanyi berorasi.
Ia menyiram bensin banyak sekali kepada kayu kering yang siap membakar.
Baca Juga: Satupena Akan Diskusikan Peran Mantan PM Shinzo Abe dan Demokrasi Ala Jepang