Denny JA: Kakakku Berburu Kepala; Konflik Sampit, Suku Dayak versus Suku Madura, 2001
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 21 Juli 2022 12:33 WIB
Kaki Dahen berdarah, agak parah. Tangan Ambong juga berdarah. Cukup parah.
Tak lama setelah konflik Madura dan Dayak reda, tahun 2003, Dahen ke Jakarta. Kota Sampit menyimpan luka. Terlalu banyak. Terlalu ngilu.
“Aku harus pergi dari sini,” tekad Dahen.
Ia pun ke Jakarta. Bekerja di ibukota negara. Berkeluarga di sini.
Baca Juga: Mahkamah Konstitusi Juga Tolak Gugatan Uji Materi UU IKN yang Diajukan Din Syamsuddin
Sejak pertarungan itu, Dahen dan Ambong tak pernah tegur sapa.
2022, hampir dua puluh tahun berlalu. Dahen dapat kabar Ambong wafat.
-000-
Sore itu, Dahen kembali ke Kota Sampit. Ia ambil warisan kakaknya: Mandau.
Ini Mandau sangat disayangi kakaknya. Dipuja bagai pusaka. Mandau ini pula yang melukai kakinya.
Ia bawa mandau itu. Ziarah ke makam kakaknya, Ambong.