DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Awal Kemajuan China dan Revolusi Damai Deng Xiaoping

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Revolusi Kebudayaan telah membakar buku, membubarkan universitas, menghancurkan keluarga, dan membunuh gagasan. 

Negeri Tiongkok yang dulu membanggakan ribuan tahun sejarah, tinggal puing-puing ekonomi dan trauma kolektif.

Tapi Deng tidak seperti pemimpin sebelumnya. Ia bukan orator seperti Mao. Ia tidak memimpin pasukan seperti Jenderal Lin Biao. 

Baca Juga: Inilah Pengantar Buku Imam Qalyubi “Analisis Semiotik, Linguistik dan Intertekstualitas Terhadap 15 Puisi Esai Denny JA”

Deng adalah teknokrat dengan napas panjang dan pemikiran pendekatan praktis. Filosofinya sederhana dan tajam:

“Tidak peduli kucing itu hitam atau putih, selama ia bisa menangkap tikus.”

Bagi Deng, ideologi tidak lebih penting dibandingkan hasil. Apa gunanya bersih secara ideologis jika rakyat tetap lapar?

Baca Juga: Analisis Denny JA: Setelah Amerika Serikat Menjatuhkan Bom ke Iran

-000-

Shenzhen: Dari Lumpur ke Silicon Delta

Langkah awalnya bukan pidato, tapi laboratorium sosial: Zona Ekonomi Khusus di Shenzhen. Ini sebuah perkampungan nelayan yang terletak di seberang perbatasan Hong Kong. 

Baca Juga: Analisis Denny JA: Indonesia Jadi Tempat Paling Aman Jika Pecah Perang Dunia Ketiga

Dalam waktu singkat, tanah berlumpur berubah menjadi beton. Dan warung ikan menjadi gedung pencakar langit.

Halaman:

Berita Terkait