DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Make Pertamina Great Again

image
Denny JA (kiri). (OrbitIndonesia/kiriman)

ORBITINDONESIA.COM - Percakapan visioner dengan Direktur Utama Pertamina Simon Aloysius Mantiri, Direktur Utama Pertamina Hulu Energi Awang Lazuardi, juga dengan direksi dan corporate secretary-nya, ditambah lagi pertemuan intens dengan sesama komisaris dan pimpinan subholding, memberi saya inspirasi satu mantra: Make Pertamina Great Again!

Pada dekade 1970-an, nama Pertamina disegani dunia. Ia berdiri sebagai simbol keberanian sebuah negara berkembang yang tak hanya bermimpi besar, tapi juga sempat mencapainya.

Di bawah kepemimpinan Ibnu Sutowo, di era Orde Baru, produksi minyak Pertamina menembus angka 1,2 juta barel per hari.

Baca Juga: Analisis Denny JA: Setelah Amerika Serikat Menjatuhkan Bom ke Iran

Ini jauh melampaui kebutuhan domestik. Indonesia kala itu bukan sekadar swasembada energi, tetapi juga eksportir utama minyak mentah.

Namun waktu berubah.

Perusahaan yang dulu menjadi lambang kebanggaan nasional kini kerap dikaitkan dengan problem struktural: produksi yang merosot hingga tinggal sekitar 600 ribu barel per hari.

Baca Juga: Analisis Denny JA: Indonesia Jadi Tempat Paling Aman Jika Pecah Perang Dunia Ketiga

Lalu sering menjadi berita. Bayang- bayang mafia impor, korupsi dalam pengadaan, serta beban utang yang sempat membengkak pada era 1990-an sampai awal 2000-an—bahkan menjadi salah satu pemicu krisis ekonomi 1998.

Lebih menyakitkan lagi, Petronas—perusahaan minyak Malaysia yang dahulu berguru pada Pertamina—telah menjelma menjadi raksasa global.

Petronas tampil dengan struktur korporasi yang ramping, transparan, dan modern.

Baca Juga: Analisis Denny JA: Dari Gencatan Senjata Iran-Israel Menuju Masa Depan Palestina Merdeka?

Sedangkan Pertamina, selama bertahun-tahun, terseok oleh politik internal dan beban birokrasi.

Halaman:

Berita Terkait