Catatan Denny JA: Donald Trump, Tarif 32 Persen dan Kisah Sepatu Cibaduyut
- Penulis : Krista Riyanto
- Minggu, 13 Juli 2025 14:54 WIB

Bahkan Indonesia membuka opsi pembelian pesawat Boeing dan gandum AS senilai 34 miliar USD sebagai imbalan tarif lebih rendah.
Diplomasi bukan sekadar negosiasi, ia adalah seni bertahan dalam badai global.
2. Diversifikasi Pasar dan Produk
Baca Juga: Catatan Denny JA: Einstein Mengenakan Batik dan Kisah Salvador Dali
Pasar Amerika penting, tetapi bukan satu-satunya. Indonesia bisa memperdalam relasi dengan Tiongkok, India, Uni Eropa, dan kawasan MERCOSUR.
Sekaligus, kita harus naik kelas—dari pengekspor bahan mentah dan barang murah menjadi negara penghasil produk bernilai tinggi: elektronik, kosmetik halal, game, teknologi hijau, hingga budaya digital.
3. Kekuatan dari Dalam: Daya Tahan Domestik
Baca Juga: Catatan Denny JA: Darah Negara Minyak
Tak kalah penting adalah merawat ketahanan dalam negeri: melatih ulang buruh yang terkena PHK, mendorong UKM digital, memperbaiki logistik, memperkuat nilai tukar.
Negara yang besar bukan negara yang tak terkena pukulan, tetapi yang tahu bagaimana bangkit setelah dihantam.
-000-
Baca Juga: Catatan Denny JA: Big Oil, Ketika Perusahaan Lebih Kuat Dibanding Negara
Di balik angka tarif 32 persen, tersembunyi pertanyaan filosofis: sejauh mana bangsa ini mengandalkan dunia luar untuk bertahan hidup?