Catatan Denny JA: Donald Trump, Tarif 32 Persen dan Kisah Sepatu Cibaduyut
- Penulis : Krista Riyanto
- Minggu, 13 Juli 2025 14:54 WIB

Dalam sejarah global, setiap gelombang proteksionisme selalu menghasilkan korban-korban sunyi di negeri-negeri berkembang.
-000-
Pada 1930, Amerika Serikat menerapkan Smoot-Hawley Tariff Act, menaikkan tarif lebih dari 20.000 produk impor.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Einstein Mengenakan Batik dan Kisah Salvador Dali
Efeknya? Perdagangan global anjlok 65%, dan krisis ekonomi dunia menjalar dari Wall Street ke desa-desa di Hindia Belanda.
Kini sejarah berulang. Dalam dunia yang saling terhubung, kebijakan proteksi satu negara superpower bisa menjadi badai ekonomi bagi negara seperti Indonesia.
Tarif adalah tembok. Dan dalam dunia terbuka, tembok bukan hanya memisahkan, tetapi juga menyekat napas.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Darah Negara Minyak
Tarif 32 prsen ini bukan akhir, tetapi ujian karakter bangsa. Dan ujian ini hanya bisa dilewati dengan tiga pilar:
1. Diplomasi yang Cerdas
Pemerintah sudah mengirim Menteri Koordinator Perekonomian ke Washington DC.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Big Oil, Ketika Perusahaan Lebih Kuat Dibanding Negara
Tujuannya: membuka jalan, menawarkan konsesi, memperdagangkan kepentingan.