DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Big Oil, Ketika Perusahaan Lebih Kuat Dibanding Negara

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Minyak, Bisnis, dan Politik (3)

ORBITINDONESIA.COM - “Mereka tak membawa bendera. Tapi di balik layar, mereka menentukan siapa yang mengangkat senjata dan siapa yang menjual solar.”

Pada musim semi 2004, seorang mantan analis CIA yang bekerja lepas untuk perusahaan minyak menceritakan pengalaman yang tak pernah ia lupakan. 

Baca Juga: LSI Denny JA: Ada Lima Rapor Biru dan Dua Rapor Merah Selama Tujuh Bulan Prabowo–Gibran Memimpin

Ia sedang menghadiri rapat tertutup di kantor pusat ExxonMobil di Irving, Texas. 

Di lantai 22, ia dibawa masuk ke sebuah ruangan tanpa jendela, sunyi, dan sejuk, yang dindingnya hanya dihiasi satu hal: sebuah peta dunia raksasa.

Tapi bukan peta geopolitik. Tak ada garis negara, tak ada nama ibu kota. Yang terpampang adalah sebaran cadangan minyak dan gas bumi: sumur yang aktif, wilayah potensial, rute pipa, ladang yang sedang disengketakan. 

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: 100 Tahun Gedung Bunga Rampai

Setiap titiknya bukan menandai penduduk, melainkan volume cadangan. “Di sini,” kata salah satu eksekutif, menunjuk wilayah padang pasir tanpa nama, “ada lebih banyak nilai daripada seluruh GDP Ghana.”

Di luar, dunia bicara soal perang Irak, soal senjata pemusnah massal yang tak pernah ditemukan. Tapi di dalam ruangan itu, senjata sesungguhnya adalah data cadangan minyak. 

Ia tak terlihat, tak menggelegar, tapi menggerakkan segalanya. Presiden mungkin tahu lokasi musuh. Tapi CEO kami tahu lokasi minyak.

Baca Juga: Catatan Hamri Manoppo: Denny JA dan Peluang Nobel Sastra, Dari Puisi Esai Menuju Pengakuan Global

-000-

Halaman:

Berita Terkait