DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Einstein Mengenakan Batik dan Kisah Salvador Dali

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Lahirnya Genre Imajinasi Nusantara di Era Handphone

ORBITINDONESIA.COM - Justru di Wina, Austria, kota yang dinginnya penuh bisikan sejarah, saya menemukan arah. 

Di sanalah, di tengah sunyi museum dan jiwa-jiwa abadi yang terpajang di dinding, lahir gagasan genre lukisan Imajinasi Nusantara.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Ujung Perang Israel Lawan Iran, Perang Tak Henti atau Solusi Dua Negara?

Musim gugur 2024. Langit Eropa redup dan lambat. Saya melangkah masuk ke tiga museum yang menggetarkan batin: Albertina, Upper dan Lower Belvedere.

Di dinding Albertina, saya terdiam di hadapan sapuan Picasso. Itu kubisme yang mengubah realitas menjadi geometri emosi.

Di Belvedere, lukisan The Plain of Auvers karya Van Gogh menghantam batin saya: langitnya tak lagi biru, melainkan jeritan jiwa yang melayang.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Perbanyak Sastra di Ruang Publik

Namun langkah saya terhenti paling lama di depan lukisan Salvador Dalí. Di sana, jam-jam meleleh seperti waktu yang lelah. 

Dan wajah Sigmun Freud, dalam lukisa Dali, menatap saya tanpa bergerak. Namun lukisan itu penuh suara: suara mimpi, hasrat, dan kecemasan yang tak pernah sepenuhnya padam.

Bagi Salvador Dalí, Sigmund Freud bukan hanya seorang ilmuwan, melainkan nabi bawah sadar.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Prabowo Subianto Sangat Populer, Tapi Publik Mulai Cemas Tentang Ekonomi

Ia sumber utama yang mengilhami seluruh semesta surealismenya. Freud membuka pintu ke dunia mimpi, hasrat tersembunyi, dan simbol-simbol yang tak disadari manusia biasa. 

Halaman:

Berita Terkait