DECEMBER 9, 2022
Buku

Sejarah Indonesia dan Dunia yang Berdenyut dalam Tujuh Puisi Esai Denny JA

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

-000-

3. Jeritan Setelah Kebebasan (2015)

Buku ini kumpulan 25 puisi esai yang merekam lima konflik primordial paling menyayat pasca-reformasi. 

Baca Juga: Catatan Denny JA: Israel Melawan Iran, Perang Strategis, Ideologis, Bahkan Spiritual

Di Maluku (1999–2002), agama berubah menjadi senjata: Laskar Kristus dan Laskar Jihad saling membantai, hingga anak-anak pun turut berperang. 

Di Sampit (2001), etnis Madura diburu dan dipenggal, cinta kandas, dan pelaku pembantaian dihantui rasa bersalah seumur hidup. 

Di Jakarta (1998), kerusuhan rasial membakar ribuan toko milik Tionghoa, memperkosa, dan membunuh di tengah euforia Reformasi. 

Baca Juga: Catatan Denny JA: Ketika Sejarah tak Menceritakan yang Sebenarnya

Di Mataram (2006–2022), ratusan warga Ahmadiyah terusir dari tanah kelahiran sendiri, hidup mengungsi tanpa hak dasar. 

Dan di Lampung (2012), benturan kecil antar pemuda berubah jadi perang suku Bali vs Lampung, memisahkan cinta dan membunuh harapan.

Lewat puisi esai, Denny JA menghidupkan sejarah dari sisi korban. Bukan data yang bicara, tapi air mata, kehilangan, dan sunyi yang menjerit. 

Baca Juga: Catatan Denny JA: Ujung Perang Israel Lawan Iran, Perang Tak Henti atau Solusi Dua Negara?

Buku ini menggugat: mengapa setelah Reformasi, korban masih harus mengungsi, diam, dan dilupakan? 

Halaman:

Berita Terkait