DECEMBER 9, 2022
Kolom

Catatan Denny JA: Ketika Sejarah tak Menceritakan yang Sebenarnya

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Sejarah bukan sekadar hafalan, tetapi percakapan lintas waktu tentang siapa kita, dan siapa yang ingin kita jadi.

Ia memberi contoh bagaimana siswa yang belajar melalui dokumen primer, wawancara, dan eksplorasi lokal menjadi lebih terlibat dan kritis.

Pendidikan sejarah seharusnya bukan pengalengan masa lalu, tapi pembebasan cara berpikir.

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Ketika Kita Diam Saja Melihat 1300 Anak-anak Dibunuh

Dan itu hanya mungkin jika guru dan buku pelajaran berani menyingkap kompleksitas sejarah, bukan menyembunyikannya di balik angka dan nama.

-000-

Gagasan kelima yang menjadi benang merah seluruh buku ini adalah: bangsa yang tak jujur pada masa lalunya, akan kehilangan arah di masa depan.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Kisah Nabi Ibrahim dan Rockefeller yang Sayang Anak, Sebuah Renungan Iduladha

Loewen percaya bahwa pengajaran sejarah yang jujur, yang mengakui kesalahan dan luka, adalah prasyarat bagi kematangan bangsa.

Jika generasi muda dibesarkan dengan mitos, mereka akan tumbuh dalam ilusi.

Tapi jika mereka dibesarkan dengan pemahaman yang jujur—meski pahit—mereka akan membangun masa depan dengan dasar yang lebih kokoh.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Elon Musk Pun Serukan Pemecatan Donald Trump

Buku ini bukan hanya kritik, tapi juga harapan: bahwa sejarah bisa menjadi alat penyembuhan, bukan hanya pengingatan.

Halaman:

Berita Terkait