Catatan Denny JA: Ketika Sejarah tak Menceritakan yang Sebenarnya
- Penulis : Krista Riyanto
- Selasa, 17 Juni 2025 08:17 WIB

Ia mendapati buku-buku tersebut lebih banyak menyajikan mitos daripada kenyataan, lebih banyak merayakan kemenangan daripada mengakui luka.
-000-
Gagasan pertama yang ia bongkar adalah bahwa sejarah telah menjadi proyek politik.
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Ketika Kita Diam Saja Melihat 1300 Anak-anak Dibunuh
Dalam banyak buku pelajaran, tokoh-tokoh seperti Christopher Columbus, Thomas Jefferson, dan Abraham Lincoln disulap menjadi figur suci yang nyaris tak bercela.
Mereka bukan lagi manusia dengan dilema moral dan kelemahan, tetapi simbol yang dikemas sedemikian rupa untuk diteladani.
Columbus, misalnya, digambarkan hanya sebagai penemu benua Amerika, tanpa menyebutkan perannya dalam genosida terhadap penduduk asli.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Kisah Nabi Ibrahim dan Rockefeller yang Sayang Anak, Sebuah Renungan Iduladha
Jefferson disebut penulis Deklarasi Kemerdekaan, namun diabaikan bahwa ia memiliki ratusan budak, termasuk hubungan eksploitatif dengan Sally Hemings.
Lincoln pun dipuja sebagai pembebas budak, tetapi minim disebut bahwa ia sebenarnya memiliki posisi ambivalen terhadap kesetaraan ras.
Loewen membongkar bagaimana narasi heroik ini tidak hanya menyederhanakan sejarah, tetapi menciptakan jarak antara generasi muda dan kenyataan kompleks bangsanya.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Elon Musk Pun Serukan Pemecatan Donald Trump
Dengan menolak menunjukkan sisi kelam para tokoh, pendidikan sejarah di Amerika lebih mirip dengan kultus kepahlawanan.