DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Workshop Esoterika Fellowship Program, Denny JA: Artificial Intelligence Dorong Tafsir Agama Pro Hak Asasi

image
Denny JA di depan peserta workshop fellowship program.

ORBITINDONESIA.COM - Tafsir agama yang direkomendasikan artificial intelligence (AI) cenderung pro hak asasi, karena difilter oleh pengembangnya agar berdiri di atas nilai-nilai etika universal, menghindari ujaran kebencian, kekerasan, dan diskriminasi.

“Ini menciptakan sistem yang tak akan mendukung tafsir yang menindas sesama atas nama Tuhan,” kata Denny JA, selaku penggagas Forum Esoterika dalam diskusi hari kedua workshop Esoterika Fellowship Masuk Kampus, Selasa 22 April 2025 di Jakarta.

Menurutny, referensi AI sangat beragam, dari spektrum konservatif sampai progresif, dari teks klasik sampai refleksi kontemporer.

Baca Juga: Pengantar Denny JA Untuk Buku 65 Puisi Esai: Kesaksian Zaman (2025)

Dalam keanekaragaman itu, katanya, rekomendasi AI cenderung moderat, mencari jalan tengah yang rasional, inklusif, dan selaras dengan prinsip keadilan.

Workshop ini yang digelar di Jakarta mulai Senin 21 April 2025 sampai Kamis 23 April 2025.

Workshop ini diikuti 25 dosen dari 9 kampus ternama di Indonesia.Kampus-kampus yang berpartisipasi meliputi UIN Bandung, Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR), Universitas Kristen Indonesia (UKI), IPMI International Business School, Universitas Hindu Negeri (UHN), IAIN Cirebon, STABN Sriwijaya, President University dan perwakilan dari Ambon.

Baca Juga: Pengantar Buku Riset Internasional LSI Denny JA: Menentukan Kemajuan Negara Melalui Indeks Tata Kelola Pemerintahan

Peserta workshop terdiri dari 17 doktor, 6 master dan 2 profesor, yang mewakili spektrum agama dan disiplin ilmu yang luas, dari filsafat, teologi, hingga sosiologi.

Workshop hari kedua dimulai dengan sesi yang membahas soal menggali kekayaan kultural agama-agama yang diisi oleh Dr. Halim Wiryadinata dari Universitas Kristen Indonesia yang menekankan soal agama sebagai dokumen peradaban dan Sidrotun Naim, Ph.D dari IPMI yang membahas bagaimana dokumen lama tentang toleransi dapat kembali dihidupkan dalam konteks modern.

Sesi diskusi berlanjut dengan topik perebutan tafsir agama yang disampaikan oleh Dr. Neng Hannah, M. Ag dari UIN Bandung dan tim pengajar dari IAIN Ambon.

Baca Juga: Catatan Denny JA: SATUPENA Rayakan 23 Penulis Besar di 23 Provinsi

Mereka menyoroti bahwa tidak ada tafsir tunggal dalam agama, serta pentingnya keberanian dalam menghadirkan pendekatan-pendekatan baru terhadap kitab suci.

Halaman:

Berita Terkait