Workshop Esoterika Fellowship Program, Denny JA: Artificial Intelligence Dorong Tafsir Agama Pro Hak Asasi
- Penulis : Arseto
- Rabu, 23 April 2025 08:36 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Tafsir agama yang direkomendasikan artificial intelligence (AI) cenderung pro hak asasi, karena difilter oleh pengembangnya agar berdiri di atas nilai-nilai etika universal, menghindari ujaran kebencian, kekerasan, dan diskriminasi.
“Ini menciptakan sistem yang tak akan mendukung tafsir yang menindas sesama atas nama Tuhan,” kata Denny JA, selaku penggagas Forum Esoterika dalam diskusi hari kedua workshop Esoterika Fellowship Masuk Kampus, Selasa 22 April 2025 di Jakarta.
Menurutny, referensi AI sangat beragam, dari spektrum konservatif sampai progresif, dari teks klasik sampai refleksi kontemporer.
Baca Juga: Pengantar Denny JA Untuk Buku 65 Puisi Esai: Kesaksian Zaman (2025)
Dalam keanekaragaman itu, katanya, rekomendasi AI cenderung moderat, mencari jalan tengah yang rasional, inklusif, dan selaras dengan prinsip keadilan.
Workshop ini yang digelar di Jakarta mulai Senin 21 April 2025 sampai Kamis 23 April 2025.
Workshop ini diikuti 25 dosen dari 9 kampus ternama di Indonesia.Kampus-kampus yang berpartisipasi meliputi UIN Bandung, Universitas Katolik Parahyangan (UNPAR), Universitas Kristen Indonesia (UKI), IPMI International Business School, Universitas Hindu Negeri (UHN), IAIN Cirebon, STABN Sriwijaya, President University dan perwakilan dari Ambon.
Peserta workshop terdiri dari 17 doktor, 6 master dan 2 profesor, yang mewakili spektrum agama dan disiplin ilmu yang luas, dari filsafat, teologi, hingga sosiologi.
Workshop hari kedua dimulai dengan sesi yang membahas soal menggali kekayaan kultural agama-agama yang diisi oleh Dr. Halim Wiryadinata dari Universitas Kristen Indonesia yang menekankan soal agama sebagai dokumen peradaban dan Sidrotun Naim, Ph.D dari IPMI yang membahas bagaimana dokumen lama tentang toleransi dapat kembali dihidupkan dalam konteks modern.
Sesi diskusi berlanjut dengan topik perebutan tafsir agama yang disampaikan oleh Dr. Neng Hannah, M. Ag dari UIN Bandung dan tim pengajar dari IAIN Ambon.
Baca Juga: Catatan Denny JA: SATUPENA Rayakan 23 Penulis Besar di 23 Provinsi
Mereka menyoroti bahwa tidak ada tafsir tunggal dalam agama, serta pentingnya keberanian dalam menghadirkan pendekatan-pendekatan baru terhadap kitab suci.
Kemudian sesi ketiga membahas soal agama di era Google yang menggambarkan dinamika pencarian spiritual dalam era digital.
Pengajar teologi Hindu Fakultas Brahma Widya dari Universitas Hindu Negeri (UHN) I Gusti Bagus Sugriwa yakni Drs. I Ketut Donder, M.Ag., PhD.D. dan tim pengajar dari STABN Sriwijaya yang menampilkan data tentang 4.300 lebih agama dan kepercayaan yang tersebar di dunia, serta fakta-fakta Google yang memperlihatkan dua tren besar dalam moralitas publik.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Agama di Era Artificial Intelligence, Antara Identitas Kelompok dan Etika Publik
Tema spiritualitas di era AI menjadi sorotan berikutnya, dengan pembicara yakni Abdullah Sumrahadi dari President University, Dr. Mohamad Shofan dari UIN Cirebon, dan Monica JR dari Esoterika.
Mereka membahas keterkaitan antara spiritualitas, filsafat, dan teknologi kecerdasan buatan, dari neuroscience hingga prinsip-prinsip universal tentang satu bumi, satu homo sapiens, satu spiritualitas.
Diskusi berlanjut di sesi selanjutnya dengan refleksi mendalam pada tema makna hidup dan algoritma yang diulas oleh tim pengajar dari UNPAR yang menekankan lima hukum hidup bermakna yang diilhami para sufi.
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Api Itu Menyatukan Kita
Esoterika Fellowship Masuk Kampus adalah bagian dari gerakan Forum Esoterika.
Program yang dipimpin oleh Ahmad Gaus AF dan Dr. Budhy Munawar Rachman ini membawa spirit untuk membawa agama kembali ke jantung kesadaran manusia, melampaui doktrin, menuju makna. ***