DECEMBER 9, 2022
Buku

Pengantar dari Denny JA Untuk Buku Puisi Esai "Yang Luput dari Jantung Sejarah" Karya Irsyad Mohammad

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Kita semua hidup dalam paradoks. Seperti yang dikatakan John Traitman, Margareth adalah “paradoks sempurna.”

Ia waria, tetapi juga pemegang rahasia negara. Ia bukan siapa-siapa, tetapi memiliki informasi lebih dari para pejabat tinggi. Dalam banyak hal, kita semua hidup dalam paradoks yang serupa.

Puisi esai Bukan Matahari, Panggil Aku Margareth Saja adalah kisah yang menyentuh, menggugah, dan penuh ironi. Ia mengajak kita melihat identitas yang terpinggirkan, bukan sebagai sesuatu yang harus dikasihani.  Itu bagian dari kompleksitas kehidupan manusia.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Peta Jalan Agama di Zaman Artificial Intelligence

Margareth mungkin telah kehilangan tanah airnya, tetapi ia akhirnya menemukan dirinya sendiri.

Ia tidak lagi hanya seorang waria yang dicemooh, tetapi juga seseorang yang memiliki kendali atas takdirnya. Meskipun itu ia tebus dengan harga yang mahal.

Sejarah akan melupakan namaku,
tetapi aku telah hidup sepenuhnya.

Baca Juga: Denny JA: Pengesahan RUU Perampasan Aset Harus Jadi Perhatian Presiden Prabowo Subianto

-000-

Membaca puisi esai soal Margareth, yang gelisah soal LGBT-nya, saya teringat kegelisahan serupa dalam konteks berbeda. 

Itu ada dalam novel berjudul Stone Butch Blues. Penulisnya Leslie Feinberg, dan novel ini pertama kali diterbitkan pada tahun 1993. (1)

Baca Juga: Orasi Denny JA: Jika Prabowo Menjadi Bapak Pemberantas Korupsi di Indonesia

Buku ini dianggap sebagai salah satu karya klasik dalam sastra queer dan transgender, serta sangat berpengaruh dalam gerakan hak-hak LGBT di Amerika dan dunia.

Halaman:

Berita Terkait