DECEMBER 9, 2022
Humaniora

SATUPENA Rayakan Penulis Besar dari Berbagai Provinsi

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Tidak berhenti di situ, setiap tahunnya Satupena juga memberikan penghargaan tahunan kepada para penulis, serta menggelar talk show yang mendokumentasikan proses kreatif lebih dari 100 penulis.

-000-

Namun, tantangan sastra kini memasuki babak baru. Menurut Denny JA, kita kini memasuki era yang menempatkan sastra di persimpangan jalan baru: era Artificial Intelligence (AI).

Baca Juga: Catatan Denny JA: Mengapa Semakin Penting Agama Bagi Populasi di Suatu Negara, Semakin Tinggi Korupsi di Negara Itu?

“Jika dahulu penulis hanya bersaing dengan sesama manusia, kini kata-kata juga lahir dari mesin yang sangat cerdas.”

“Tapi sastra adalah napas, bukan sekadar susunan algoritma. Ia adalah kesaksian batin, pergulatan jiwa.”

“Dan justru di era AI ini, kita perlu mengingat kembali bahwa sastra lahir dari pengalaman manusia, dari perasaan yang tak bisa sepenuhnya direplikasi oleh kecerdasan buatan.”

Baca Juga: Catatan Denny JA: Agama Bertahan Bukan Karena Kebenaran Fakta Sejarahnya

Melalui tangan-tangan para pengurus, program ini dikelola oleh Jonminofri sebagai Ketua Harian, Satrio Arismunandar sebagai Sekjen, dan Aji Sulaeman sebagai Bendahara.

Mereka memastikan bahwa Satupena tetap menjadi cahaya yang menerangi dunia kepenulisan Indonesia, dari Aceh hingga Papua.

Pada akhirnya, perayaan ini bukan sekadar penghormatan kepada masa lalu, tetapi juga komitmen untuk masa depan.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Agama yang Berdampingan dengan Positive Psychology dan Neuroscience

“Seorang penulis boleh tiada, tetapi kata-katanya akan terus mengembara.”

Halaman:

Berita Terkait